Selasa, 29 September 2015

ETIKA KERJA



Nama : Mira Fitriani
NPM :14212594
Kelas : 3EA25
Tugas : Etika Kerja

A. ETOS / ETIKA KERJA
1. Pengertian Etos/Etika Kerja
Etika kerja adalah sistem nilai atau norma yang digunakan oleh seluruh karyawan perusahaan, termasuk pimpinannya dalam pelaksanaan kerja sehari-hari. Perusahaan dengan etika kerja yang baik akan memiliki dan mengamalkan nilai-nilai, yakni : kejujuran, keterbukaan, loyalitas kepada perusahaan, konsisten pada keputusan, dedikasi kepada stakeholder, kerja sama yang baik, disiplin, dan bertanggung jawab.
Berdasarkan kamus Webster (2007), “etos” didefinisikan sebagai keyakinan yang  berfungsi  sebagai  panduan    tingkah  laku  bagi  seseorang,  sekelompok,  atau institusi. Jadi, etos kerja dapat diartikan sebagai doktrin tentang kerja yang diyakini oleh seseorang atau sekelompok orang sebagai baik dan benar yang mewujud nyata secara khas dalam perilaku kerja mereka (Sinamo, 2002).
Banyak tokoh lain yang menyatakan defenisi dari etos kerja. Salah satunya ialah  Harsono  dan  Santoso  (2006)  yang  menyatakan  etos  kerja  sebagai  semangat kerja yang didasari oleh nilai-nilai atau norma-norma tertentu. Hal ini sesuai dengan pendapat  Sukriyanto  (2000)  yang  menyatakan  bahwa  etos  kerja  adalah  suatu semangat kerja yang dimiliki oleh masyarakat untuk mampu bekerja lebih baik guna memperoleh  nilai  hidup  mereka. Etos  kerja  menentukan  penilaian  manusia  yang diwujudkan dalam suatu pekerjaan. Selanjutnya, Hill (1999) menyatakan etos kerja adalah suatu norma budaya yang  mendukung  seseorang  untuk  melakukan  dan  bertanggung  jawab  terhadap pekerjaannya  berdasarkan  keyakinan  bahwa  pekerjaan  tersebut  memiliki  nilai instrinsik.  Berdasarkan  pendapat  tokoh  diatas,  dapat  dilihat  bahwa  etos  kerja  erat kaitannya  dengan  nilai-nilai  yang  dihayati  secara  intrinsik  oleh  seseorang.  Hal  ini diperkuat oleh Hitt (dalam Boatwright & Slate, 2000) yang menyamakan etos kerja sebagai suatu nilai dan menyatakan bahwa gambaran etos kerja seseorang merupakan gambaran  dari  nilai-nilai  yang  dimilikinya  yang  berfungsi  sebagai  panduan  dalam tingkah lakunya.
Cherrington (dalam  Boatwright  &  Slate,  2000)  menyimpulkan  etos  kerja dengan  lebih  sederhana  yaitu  etos  kerja  mengarah  kepada  sikap  positif  terhadap pekerjaan. Ini berarti bahwa seseorang yang menikmati pekerjaannya memiliki etos kerja  yang  lebih  besar  dari  pada  seseorang  yang  tidak  menikmati  pekerjaannya. Pandangan yang sama juga dikemukakan oleh Anoraga (2001) yang menyatakan etos kerja adalah suatu pandangan dan sikap suatu bangsa atau suatu umat terhadap kerja. Jika  pandangan  dan  sikap  itu  melihat  kerja  sebagai  suatu  hal  yang  luhur  untuk eksistensi  manusia,  maka  etos  kerja  akan  tinggi.  Sebaliknya,  jika  melihat  kerja sebagai  suatu  hal  yang  tidak  berarti  untuk  kehidupan  manusia, apalagi  kalau  sama sekali  tidak  ada  pandangan  dan  sikap  terhadap  kerja,  maka  etos  kerja  itu  dengan sendirinya akan rendah.

Subekti (dalam Kusnan, 2004) menambahkan, suatu individu atau kelompok masyarakat  dapat  dikatakan  memiliki  etos  kerja  yang  tinggi,  apabila  menunjukkan tanda-tanda sebagai berikut:
a. Mempunyai penilaian yang sangat positif terhadap hasil kerja manusia.
b. Menempatkan pandangan tentang kerja, sebagai suatu hal yang amat luhur bagi
eksistensi manusia.
c. Kerja yang dirasakan sebagai aktivitas yang bermakna bagi kehidupan manusia.
d. Kerja dihayati sebagai suatu proses yang membutuhkan ketekunan dan sekaligus
sarana yang penting dalam mewujudkan cita-cita.
e. Kerja dilakukan sebagai bentuk ibadah.

Selanjutnya  Petty  (1993)  menyatakan  etos  kerja  sebagai  karakteristik  yang harus  dimiliki  pekerja  untuk  dapat  menghasilkan  pekerjaan yang  maksimal  yang terdiri dari keahlian interpersonal, inisiatif, dan dapat diandalkan. Defenisi etos kerja yang digunakan dalam penelitian ini adalah defenisi etos kerja  yang  dikemukakan  oleh  Petty  (1993),  yang  menyatakan  etos  kerja  sebagai karakteristik yang harus dimiliki pekerja untuk dapat menghasilkan pekerjaan yang maksimal yang terdiri dari keahlian interpersonal, inisiatif, dan dapat diandalkan.

2. Aspek-aspek Etos Kerja
Etika kerja terkait dengan apa yang seharusnya dilakukan karyawan atau manajer. Untuk itu etika kerja setiap karyawan didasari prinsip-prinsip:
·          Melaksanakan tugas sesuai dengan visi, misi dan tujuan perusahaan,
·          Selalu berorientasi pada budaya peningkatan mutu kinerja,
·          Saling menghormati sesama karyawan,
·          Membangun kerjasama dalam melaksanakan tugas-tugas perusahaan,
·          Memegang amanah atau tanggung jawab, dan kejujuran,
·          Mananamkan kedisiplinan bagi diri sendiri dan perusahaan.

Menurut Petty (1993), etos kerja memiliki tiga aspek atau karakteristik, yaitu keahlian interpersonal, inisiatif, dan dapat diandalkan.
a. Keahlian interpersonal
Keahlian interpersonal adalah aspek yang berkaitan dengan hubungan kerja dengan  orang  lain  atau  bagaimana  pekerja  berhubungan  dengan  pekerja  lain  di lingkungan  kerjanya.  Keahlian  interpersonal  meliputi  kebiasaan,  sikap,  cara, penampilan dan perilaku yang digunakan individu pada saat berada di sekitar orang lain serta mempengaruhi bagaimana individu berinteraksi dengan orang lain. Indikator  yang  digunakan  untuk  mengetahui  keahlian  interpersonal  seorang pekerja adalah meliputi karakteristik pribadi yang dapat memfasilitasi terbentuknya hubungan  interpersonal  yang  baik  dan  dapat  memberikan  kontribusi  dalam performansi  kerja  seseorang,  dimana  kerjasama  merupakan  suatu  hal  yang  sangat penting. Terdapat 17 sifat yang dapat menggambarkan keahlian interpersonal seorang pekerja (Petty, 1993), yaitu: sopan, bersahabat, gembira, perhatian, menyenangkan, kerjasama,  menolong,  disenangi,  tekun,  loyal,  rapi,  sabar,  apresiatif,  kerja  keras, rendah hati, emosi yang stabil, dan  keras kemauan.

b. Inisiatif
Inisiatif  merupakan  karakteristik  yang  dapat  memfasilitasi  seseorang  agar terdorong  untuk  lebih  meningkatkan  kinerjanya  dan  tidak  langsung  merasa  puas engan kinerja yang biasa. Aspek ini sering dihubungkan dengan situasi di tempat kerja yang tidak lancar. Hal-hal seperti penundaan pekerjaan, hasil kerja yang buruk, kehilangan  kesempatan  karena  tidak  dimanfaatkan  dengan  baik  dan  kehilangan pekerjaan, dapat muncul jika individu tidak memiliki inisiatif dalam bekerja (Petty,1993).
Terdapat 16 sifat yang dapat menggambarkan inisiatif seorang pekerja (Petty, 1993)  yaitu:  cerdik,  produktif,  banyak  ide,  berinisiatif,  ambisius,  efisien,  efektif, antusias, dedikasi, daya tahan kerja, akurat, teliti, mandiri, mampu beradaptasi, gigih, dan teratur.

c. Dapat diandalkan
Dapat  diandalkan  adalah  aspek  yang  berhubungan  dengan  adanya  harapan terhadap hasil kerja seorang pekerja dan merupakan suatu perjanjian implisit pekerja untuk  melakukan  beberapa  fungsi  dalam kerja.  Seorang  pekerja  diharapkan  dapat memuaskan harapan minimum perusahaan, tanpa perlu terlalu berlebihan sehingga melakukan pekerjaan yang bukan tugasnya. Aspek ini merupakan salah satu hal yang sangat diinginkan oleh pihak perusahaan terhadap pekerjanya.Terdapat  7  sifat  yang  dapat  menggambarkan  seorang  pekerja  yang  dapat diandalkan  (Petty,  1993),  yaitu:  mengikuti  petunjuk,  mematuhi  peraturan,  dapat diandalkan, dapat dipercaya, berhati-hati, jujur, dan tepat waktu.
Berdasarkan  pemaparan  diatas,  dapat disimpulkan  terdapat  tiga  aspek  etos kerja yaitu keahlian interpersonal, inisiatif, dan dapat diandalkan.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Etos Kerja
Terdapat beberapa faktor internal  yang mempengaruhi etos kerja, yaitu:
a. Usia
Menurut hasil penelitian Buchholz’s dan Gooding’s, pekerja yang berusia di bawah 30 tahun memiliki etos kerja lebih tinggi daripada pekerja yang berusia diatas 30 tahun (dalam Boatwright & Slate, 2000).
b. Jenis kelamin
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Boatwright dan Slate (2000), wanita memiliki etos kerja yang lebih tinggi dari pada pria.
c. Latar belakang pendidikan
Hasil  penelitian  Boatwright  dan  Slate  (2000)  menyatakan  bahwa  etos  kerja tertinggi  dimiliki  oleh  pekerja  dengan  latar  belakang  pendidikan  S1  dan  terendah dimiliki oleh pekerja dengan latar belakang pendidikan SMU.
d. Lama bekerja
Menurut  penelitian  Boatwright  dan  Slate  (2000)  mengungkapkan  bahwa pekerja yang sudah bekerja selama 1-2 tahun memiliki etos kerja yang lebih tinggi daripada  yang  bekerja  dibawah  1  tahun.  Semakin  lama  individu  bekerja,  semakin tinggilah  kemungkinan  individu  untuk  memperoleh  kesempatan  untukmengembangkan  dan  menggunakan  kapasitasnya  dan  memperoleh  peluang  untuk pertumbuhan dan mendapatkan jaminan. Kedua hal diatas akan membentuk persepsi seseorang terhadap kualitas kehidupan bekerjanya (Walton, dalam Kossen 1986).

Selain  faktor-faktor  internal  di  atas,  terdapat  pula  faktor  eksternal  yang
mempengaruhi etos kerja karyawan yaitu :
a. Budaya
Masyarakat  yang  memiliki  system  budaya  maju  akan  memiliki etos  kerja yang lebih tinggi daripada masyarakat yang memiliki system budaya yang tidak maju (Rosmiani, 1996).

b. Sosial Politik
Etos  kerja  yang  dimiliki  suatu  masyarakat  sangat  tergantung  kepada  ada tidaknya sturktur politik yang mendorong masyarakat untuk bekerja keras dan dapat menikmati hasil kerja keras mereka dengan penuh (Soewarso, Subagyo dan Utomo, dalam Rosmiani 1996).

c. Kondisi Lingkungan Geografis
Lingkungan  alam  yang  mendukung,  mempengaruhi  manusia  yang  ada  di dalamnya  melakukan  usaha  untuk  dapat  mengelola  dan  mengambil  manfaat,  dan bahkan  dapat  mengundang  pendatang  untuk  turut  mencari  penghidupan  di lingkungan  tersebut  (Suryawati,  Dharmika,  Namiarthi,  Putri  dan  Weda,  dalam Rosmiani,  1996).  Kondisi  lingkungan  inilah  yang  akan  mempengaruhi  bagaimana persepsi seseorang terhadap kualitas kehidupan bekerjanya. (Walton, dalam Kossen1986).

d. Struktur Ekonomi
Tinggi rendahnya etos kerja yang dimiliki masyarakat, dipengaruhi oleh ada atau  tidaknya  stuktur  ekonomi  yang  mampu  memberikan  insentif  bagi  anggota masyarakat  untuk  bekerja  keras  dan  menikmati  hasil  kerja  keras  mereka  dengan penuh


Sumber:
https://ronawajah.wordpress.com/2009/08/03/membangun-etika-kerja-2/