Kamis, 07 Januari 2016

Contoh Perusahaan Yang Sudah Menerapkan Etika Dalam Bisnis



Nama : Mira Fitriani
Kelas : 4EA25
NPM:10212571
TUGAS:04
KELOMPOK:3

1.       PT POS INDONESIA Dalam Menerapkan Etika Bisnis
Salah satu upaya untuk meningkatkan kinerja suatu perusahaan/organisasi adalah dengan cara menerapkan Good Corporate Governance (GCG). Penerapan Good Corporate Governance (GCG) merupakan pedoman bagi Komisaris dan Direksi dalam membuat keputusan dan menjalankan tindakan dengan dilandasi moral yang tinggi, kepatuhan kepada peraturan perundang-undangan yang berlaku serta kesadaran akan adanya tanggung jawab sosial perseroan terhadap pihak yang berkepentingan (stakeholders) secara konsisten.
Maksud dan tujuan penerapan Good Corporate Governance di Perusahaan adalah sebagai berikut:
a.       Memaksimalkan nilai Perusahaan dengan cara meningkatkan prinsip keterbukaan, akuntabilitas, dapat dipercaya, bertanggung jawab, dan adil agar Perusahaan memiliki daya saing yang kuat, baik secara nasional maupun internasional.
b.      Mendorong pengelolaan Perusahaan secara profesional, transparan dan efisien, serta memberdayakan fungsi dan meningkatkan kemandirian.
c.       Mendorong agar manajemen Perusahaan dalam membuat keputusan dan menjalankan tindakan dilandasi nilai moral yang tinggi dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku, serta kesadaran akan adanya tanggung jawab sosial Perusahaan terhadap stakeholders maupun kelestarian lingkungan di sekitar Perusahaa.
d.      Meningkatkan kontribusi Perusahaan dalam perekonomian nasional
e.      Meningkatkan nilai investasi dan kekayaan Perusahaan

A.      PEDOMAN ETIKA BISNIS DAN TATA PERILAKU (CODE OF CONDUCT)
1)      LATAR BELAKANG DAN SISTEMATIKA ETIKA BISNIS DAN TATA PERILAKU (CODE OF CONDUCT)
a)      Pedoman Etika Bisnis dan tata perilaku ini merupakan penjabaran dari praktik-praktik Good Corporate Governance sebagaimana tertuang dalam Keputusan bersama Komisaris dan Direksi PT Pos Indonesia nomor: KD.74/Dirut/1209 dan nomor: 649/Dekom/1209 tanggal 22 Desember 2009 tentang Panduan Penerapan Good Corporate Governance di PT Pos Indonesia (Persero), khususnya yang tercantum dalam Bab VII, yaitu Kebijakan perusahaan tentang perilaku Etis/Etika Bisnis.
b)      PT POS INDONESIA (Persero) berkomitmen untuk melaksanakan praktik-praktik Good Corporate Governance atau Tata Kelola perusahaan yang baik sebagai bagian dari Bisnis untuk pencapaian Visi dan Misi perusahaan. Code of Conduct ini merupakan salah satu wujud komitmen tersebut dalam menjabarkan Tata Nilai Dasar PT POS INDONESIA (Persero) ke dalam interpretasi perilaku yang terkait dengan etika Bisnis dan tata perilaku.
c)       Etika Bisnis dan Tata Perilaku (Code of Conduct) ini disusun untuk menjadi acuan perilaku bagi Direksi dan pekerja sebagai Insan POS INDONESIA dalam mengelola perusahaan guna mencapai Visi, Misi dan tujuan perusahaan.




2)     TUJUAN ETIKA BISNIS DAN TATA (CODE OF CONDUCT)
Penerapan Etika Bisnis dan Tata Perilaku (Code of Conduct) ini dimaksudkan untuk :
a)      Mengidentifikasikan nilai-nilai dan standar etika selaras dengan Visi dan Misi perusahaan.
b)       Menjabarkan Tata Nilai sebagai landasan etika yang harus diikuti oleh insan POS INDONESIA dalam melaksanakan tugas.
c)       Menjadi acuan perilaku insan POS INDONESIA dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab masing-masing dan berinteraksi dengan stakeholders perusahaan.
d)      Menjelaskan secara rinci standar etika agar insan POS INDONESIA dapat menilai bentuk kegiatan yang diinginkan dan membantu memberikan pertimbangan jika menemui keragu-raguan dalam bertindak.

3)      STANDAR ETIKA BISNIS POS INDONESIA
Sedangkan standar-standar etika bisnis yang diterapkan oleh POS Indonesia antara lain :
1.       Etika perusahaan tentang integritas dalam aktiva bisnis dan pekerjaan
2.       Etika perusahaan dengan pemegang saham
3.       Etika perusahaan dengan pekerja ( hubungan industrial )
4.       Etika perusahaan dengan konsumen
5.       Etika perusahaan dengan pesaing
6.       Etika perusahaan dengan penyedia barang dan jasa/rekaan
7.       Etika perusahaan dalam pengadaan dan kontrak pekerjaan
8.       Etika perusahaan dengan mitra kerja POS Indonesia
9.       Etika perusahaan dengan kreditur / investor POS Indonesia
10.   Etika perusahaan dengan pemerintan
11.   Etika perusahaan dengan masyarakat
12.   Etika perusahaan dengan media massa
13.   Etika perusahaan dengan pengelolaan lingkungan
14.   Etika perusahaan dengan organisasi profesi POS Indonesia.

2.        PT Garuda Indonesia
Garuda Indonesia telah mengumandangkan 5 (lima) nilai-nilai Perusahaan, yaitu eFficient & effective; Loyalty; customer centricitY; Honesty & Openness dan Integrity yang disingkat menjadi "FLY HI" sejak tahun 2007, dilanjutkan dengan rumusan code of conduct yang diluncurkan pada tahun 2008. Tata nilai FLY HI dan etika Perusahaan merupakan soft structure dalam membangun Budaya Perusahaan sebagai pendekatan yang digunakan Garuda untuk mewujudkan tata kelola perusahaan yang baik.
Pada tahun 2011, perusahaan menetapkan etika bisnis dan etika kerja perusahaan melalui Surat Keputusan Direktur Utama PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk No. JKTDZ/SKEP/50023/11 tanggal 11 Maret 2011.
Etika bisnis dan etika kerja tersebut merupakan hasil penyempurnaan dari pedoman perilaku (code of conduct) yang diterbitkan melalui Surat Keputusan Direktur Utama PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk No.JKTDZ/SKEP/50002/08 tanggal 14 Januari 2008 tentang Nilai-nilai Perusahan dan Pedoman Perilaku (code of conduct) Insan Garuda Indonesia. Penyempurnaan dilakukan berdasarkan umpan balik dari hasil proses implementasi internalisasi serta rekomendasi hasil GCG assessment tahun 2009. Etika Bisnis dan Etika Kerja Perusahaan merupakan himpunan perilaku-perilaku yang harus ditampilkan dan perilakuperilaku yang harus dihindari oleh setiap Insan Garuda Indonesia.
Etika dan perilaku tersebut dalam hubungannya dengan:
A.      Hubungan Sesama Insan Garuda.
B.      Hubungan dengan Pelanggan, Pemegang Saham dan Mitra Usaha serta Pesaing.
C.      Kepatuhan Dalam Bekerja, mencakup Transparansi Komunikasi dan Laporan Keuangan; Penanganan Benturan Kepentingan; Pengendalian Gratifikasi; Perlindungan Tehadap Aset Perusahaan dan Perlindungan Terhadap Rahasia Perusahaan.
D.      Tanggung jawab Kepada Masyarakat, Pemerintah dan Lingkungan.
E.       Penegakan Etika Bisnis dan Etika Kerja mencakup: Pelaporan Pelanggaran; Sanksi Atas Pelanggaran; Sosialisasi dan Pakta Integritas.
Tata nilai, etika bisnis dan etika kerja merupakan tanggung jawab seluruh Insan Garuda Indonesia, seperti yang dinyatakan oleh Direktur Utama dan Komisaris Utama Perusahaan dalam Buku Etika Bisnis dan Etika Kerja Perusahaan serta sesuai dengan Surat Keputusan Direktur Utama PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk No. JKTDZ/SKEP/50023/11 tanggal 11 Maret 2011, ketetapan ketiga bahwa seluruh pegawai Perusahaan wajib memahmai, menerapkan dan melaksanakan Etika Bisnis dan Etika Kerja serta menandatangani "Pernyataan Pakta Integritas Kepatuhan Terhadap Etika Perusahaan."
Internalisasi nilai-nilai dan etika Perusahaan dilakukan secara intensif melalui berbagai saluran komunikasi, pelatihan dan terintegrasi dengan sistem penilaian pegawai. Sosialisasi melalui saluran komunikasi internal perusahaan baik cetak maupun elektronik, tatap muka dan diskusi ke semua Unit Kerja baik di kantor Pusat maupun di Kantor Cabang serta melalui program pelatihan. Melalui proses sosialisasi, pada tahun 2011 ini jumlah pegawai yang telah menandatangani lembar komitmen kepatuhan terhadap etika Perusahaan telah mencapai 2.980 pegawai dari berbagai profesi dan unit kerja. Jumlah tersebut berarti sudah mencapai lebih dari separuh dari total pegawai Perusahaan. Perusahaan mengimplementasikan whistleblowing system sebagai alat manajemen untuk membantu penegakkan etika perusahaan. Melalui system ini diharapkan semua pemangku kepentingan mau melaporkan dugaan pelanggan etika yang dilakukan oleh oknum Pegawai Garuda.
Etika bisnis dan etika kerja serta whistleblowing system disosialisasikan pula kepada Mitra Usaha sehingga dapat membantu proses penegakkan etika di perusahaan serta bersama-sama menciptakan lingkungan bisnis yang bersih dan bermartabat. Tata nilai "FLY HI" dan etika Perusahaan merupakan soft structure untuk membangun Budaya Perusahaan sebagai pendekatan yang digunakan Garuda untuk mewujudkan tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance).

3.       Sebuah perusahaan pengembang di Lampung membuat kesepakatan dengan sebuah perusahaan perusahaan kontraktor untuk membangun sebuah pabrik. Sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati pihak pengembang memberikan spesifikasi bangunan kepada pihak perusahaan kontraktor tersebut. Dalam pelaksanaannya, perusahaan kontraktor menyesuaikan spesifikasi bangunan pabrik yang telah dijanjikan. Sehingga bangunan pabrik tersebut tahan lama dan tidak mengalami kerusakan. Dalam kasus ini pihak perusahaan kontraktor telah mematuhi prinsip kejujuran karena telah memenuhi spesifikasi bangunan yang telah mereka musyawarahkan bersama pihak pengembang.

4.       Sebuah Yayasan Maju Selalu menyelenggarakan pendidikan setingkat SMA. Pada tahun ajaran baru sekolah mengenakan biaya sebesar Rp.500.000,- kepada setiap siswa baru. Pungutan sekolah ini diinformasikan kepada mereka saat akan mendaftar,sehingga setelah diterima,mereka harus membayarnya. Kemudian pihak sekolah memberikan informasi ini kepada wali murid bahwa pungutan tersebut digunakan untuk biaya pembuatan seragam sekolah yang akan dipakai oleh semua murid pada setiap hari rabu-kamis. Dalam kasus ini Yayasan dan sekolah dapat dikategorikan mengikuti transparasi.

5.       Pada tahun 1990 an, kasus yang masih mudah diingat yaitu Enron. Bahwa Enron adalah perusahaan yang sangat bagus dan pada saat itu perusahaan dapat menikmati booming industri energi dan saat itulah Enron sukses memasok enegrgi ke pangsa pasar yang bergitu besar dan memiliki jaringan yang luar biasa luas. Enron bahkan berhasil menyinergikan jalur transmisi energinya untuk jalur teknologi informasi. Dan data yang ada dari skilus bisnisnya, Enron memiliki profitabilitas yang cukup menggiurkan. Seiring dengan booming indutri energi, akhirnya memosisikan dirinya sebagai energy merchants dan bahkan Enron disebut sebagai ”spark spead” Cerita pada awalnya adalah anggota pasar yang baik, mengikuti peraturan yang ada dipasar dengan sebagaimana mestinya. Pada akhirnya Enron meninggalkan prestasi dan reputasinya baik tersebut, karena melakukan penipuan dan penyesatan.. Sebagai perusahaan Amerika terbesar ke delapan, Enron kemudian kolaps pada tahun 2001.



Minggu, 27 Desember 2015

HUBUNGAN COMISSION OF HUMAN DENGAN ETIKA BISNIS



NAMA : MIRA FITRIANI
NPM:14212594         
KELAS : 4EA25

HUBUNGAN COMISSION OF HUMAN DENGAN ETIKA BISNIS
1.      Pengertian Etika Bisnis
Etika bisnis merupakan studi yang dikhususkan mengenai moral yang benar dan salah. Studi ini berkonsentrasi pada standar moral sebagaimana diterapkan dalam kebijakan, institusi, dan perilaku bisnis. Etika bisnis merupakan studi standar formal dan bagaimana standar itu diterapkan ke dalam system dan organisasi yang digunakan masyarakat modern untuk memproduksi dan mendistribusikan barang dan jasa dan diterapkan kepada orang-orang yang ada di dalam organisasi.
Beberapa hal yang mendasari perlunya etika dalam kegiatan bisnis:
1.    Selain mempertaruhkan barang dan uang untuk tujuan keuntungan, bisnis juga mempertaruhkan nama, harga diri, bahkan nasib manusia yang terlibat di dalamnya.
2.    Bisnis adalah bagian penting dalam masyarakat
3.    Bisnis juga membutuhkan etika yang setidaknya mampu memberikan pedoman bagi pihak – pihak yang melakukannya.
Bisnis adalah kegiatan yang mengutamakan rasa saling percaya. Dengan saling percaya, kegiatan bisnis akan berkembang baik. Dunia bisnis yang bermoral akan mampu mengembangkan etika yang menjamin kegiatan. Dalam menciptakan etika  bisnis, ada  beberapa  hal  yang  perlu  diperhatikan, antara  lain  ialah :
1.      Pengendalian Diri
2.         Pengembangan Tanggung Jawab Sosial (Social Responsibility)
3.    Mempertahankan Jati Diri Dan Tidak Mudah Untuk Terombang-ambing Oleh Pesatnya Perkembangan Informasi Dan Tekhnologi.
4.    Menciptakan Persaingan Yang Sehat.
5.    Menerapkan Konsep ‘Pembangunan Berkelanjutan’
6.    Menghindari Sifat 5K (Katabelece, Kongkalikong, Koneksi, Kolusi dan Komisi)
7.         Mampu Menyatakan Yang Benar Itu Benar.
8.    Menumbuhkan Sikap Saling Percaya Antara Golongan Pengusaha Kuat Dan Golongan Pengusaha Ke Bawah.
9.         Konsekuen Dan Konsisten Dengan Aturan Main Yang Telah Disepakati Bersama.
10. Menumbuhkembangkan Kesadaran Dan Rasa Memiliki Terhadap Apa Yang Telah Disepakati.
11.       Perlu Adanya Sebagian Etika Bisnis Yang Dituangkan Dalam Suatu Hukum Positif Yang Berupa Peraturan Perundang – undangan.
Masalah etika dalam bisnis dapat diklasifikasikan ke dalam lima kategori yaitu: Suap (Bribery), Paksaan (Coercion), Penipuan (Deception), Pencurian (Theft), Diskriminasi tidak jelas (Unfair discrimination), yang masing-masing dapat dijelaskan sebagai berikut:
1.     Suap (Bribery), adalah tindakan berupa menawarkan, memberi, menerima atau meminta sesuatu yang berharga dengan tujuan mempengaruhi tindakan seorang pejabat dalam melaksanakan kewajiban publik. Suap dimaksudkan untuk memanipulasi seseorang dengan membeli pengaruh. 'Pembelian' itu dapat dilakukan baik dengan membayarkan sejumlah uang atau barang, maupun pembayaran kembali' setelah transaksi terlaksana. Suap kadangkala tidak mudah dikenali. Pemberian cash atau penggunaan callgirls dapat dengan mudah dimasukkan sebagai cara suap, tetapi pemberian hadiah (gift) tidak selalu dapat disebut sebagai suap, tergantung dari maksud dan respons yang diharapkan oleh pemberi hadiah.
2.     Paksaan (Coercion), adalah tekanan, batasan, dorongan dengan paksa atau dengan menggunakan jabatan atau ancaman. Coercion dapat berupa ancaman untuk mempersulit kenaikan jabatan, pemecatan, atau penolakan industri terhadap seorang individu.
3.   Penipuan (Deception), adalah tindakan memperdaya, menyesatkan yang disengaja dengan mengucapkan atau melakukan kebohongan.
4.     Pencurian (Theft), adalah merupakan tindakan mengambil sesuatu yang bukan hak kita atau mengambil property milik orang lain tanpa persetujuan pemiliknya. Properti tersebut dapat berupa property fisik atau konseptual.
5.     Diskriminasi tidak jelas (Unfair discrimination), adalah perlakuan tidak adil atau penolakan terhadap orang-orang tertentu yang disebabkan oleh ras, jenis kelamin, kewarganegaraan, atau agama. Suatu kegagalan untuk memperlakukan semua orang dengan setara tanpa adanya perbedaan yang beralasan antara mereka yang 'disukai' dan tidak.

2. HAM (Comission Of Human)

Banyak persoalan etika dan dilema dalam bisnis internasional yang berakar pada system politik, hukum, kemajuan ekonomi, dan budaya yang sangat berbeda antar Negara. Akibatnya, apa yang dianggap abik di satu Negara belum tentu dianggap baik di Negara lain. Karena manajer bekerja untuk institusi yang melebihi batas Negara dan budaya, maka manager dari perusahaan multinasional harus peka terhadap perbedaan dan harus memlih kegiatan etika dalam berbagai keadaan karena berpotensi menimbulakan masalah dalam etika.  Dalam tatanan bisnis internasional, persoalan etika yang paling umum adalah hak asasi manusia.

Hak asasi dasar manusia di beberapa Negara masih belum dihargai. Seperti diantaranya, kebebasan berorganisasi, kebebasan berbicara, kebebasan berpolitik, dan sebagainya. Contoh yang apling nyata adalah yang terjadi di Afrika Selatan. Yaitu politik pembedaan warna kulit (apartheid) yang terjadi sampai tahun 1994. Apartheid adalah pemisahan kulit putih dengan kulit hitam yang menyediakan pekerjaan bagi kulit putih dan melarang kulit hitam bekerja pada usaha yang dikelola kulit putih. Meskipun menggunakan sistem seperti ini, banyak pengusaha barat beroperasi di Afrika Selatan. Tahun 1980, banyak yang menanyakan kebijakan ini. Mereka berpendapat, investasi mereka menikkan status ekonomi dan dapat menekan rezim yang berkuasa.

Beberapa perusahaan barat mengubah kebijakan mereka, diantaranya General Motors (GM). GM menggunakan prinsip Sullivan, yaitu seorang anggota jajaran kepengurusan GM. Sullivan berpendapat bahwa GM dapat beroperasi di Afrika Selatan dengan dua syarat, yaitu perusahaan tidak boleh melakukan hukum apartheid dan dengan kekuatan yang dimiliki, perusahaan harus berusaha melakukan usaha untuk penghapusan politik apartheid.

Hukum Sullivan ini digunakan oleh semua perusahaan barat yang beroperasi di Afrika Selatan. Perlawanan ini diabaikan oleh pemerintah Afrika Selatan karena mereka tidak mau melawan para investor.  10 tahun kemudian, Sullivan mengatakan bahwa teorinya tidak cukup untuk menghapus politik apartheid. Dan beberapa perusahaan yang menjalankan hukum ini tidak bisa meneruskan usaha mereka di Afrika Selatan. Diantaranya Exxon, GM, Kodak, IBM dan Xerox. Pada saat bersamaan, dana pension mengatakan tidak mau bekerjasama dengan perusahaan yang menjalankan usaha di Afrika Selatan.

Tekanan ini dan akibat sanksi ekonomi yang diberikan AS, berjasa atas penghapusan politik apartheid dan memperkenalkan Pemilihan Umum pada 1994. Hal ini dinilai meningkatkan hak asasi manusia di afrika selatan. Meskipun perubahan terjadi di Afrika Selatan, masih ada beberapa rezim yang masih berjalan di dunia ini. Apakah pantas melakukan usaha di Negara seperti ini? Banyak yang berkata, bahwa investasi bisa menekan kebijakan ekonomi, politik, dan social yang membuat rakyat melawan kepada rezim. Hal ini telah dijelaskan di bab 2 dimana kemajuan ekonomi bisa menekan untuk demokrasi.

Secara umum, perusahaan multinasional yang berinvestasi di Negara yang kurang demokratis bisa meningkatkan HAM di Negara tersebut. Seperti di China, meskipun dikenal kurang demokrasi dan sering dipertanyakannya HAM disana, ternyata investasi bisa meningkatkan kondisi ekonomi dan meningkatkan standart kehidupan. Kemajuan ini secara tidak langsung menekan rakyat Cina agar lebih berani berpartisipasi dalam pemerintahan, politik dan kebebasan berbicara. Tapi pendapat ini masih terbatas. Seperti kasus di Afrika Selatan, beberapa rezim tidak setuju bahwa investasi bisa mendukung perbaikan etika. Contoh lain adalah Myanmar (Burma). Dikuasai rezim militer lebih dari 40 tahun, Myanmar adalah salah satu pelaggar HAM paling berat. Tahun 1990an banyak perusahaan Barat dituduh melampaui batas etika yang sangat keras. Beberapa pengejek verpendapat bahwa Myanmar adaah Negara dengan ekonomi kecil, sehingga hukuman tidak mampu membuat begitu bereaksi, seperti apa yang ada di Cina. Nigeria adalah Negara lain yang perlu dipertanyakan, ketka investasi membuat pelanggaran terhadap HAM. Yang paling terkenal adalah Royal Dutch Shell, perusahaan minyak terbesar di negeri itu yang sering diprotes. Tahun 1990an beberapa suku memprotes karena Royal Dutch Shell menyebabkan polusi dan gagal memberi kompensasi. Shell dilaporkan meminta bantuan Brigade Mobil Nigeria untuk mengakhiri protes para demonstran. Hasilnya menjadi berdarah. Di desa Umuechem, pasukan membunuh 80 demonstran dan menghancurkan 495 rumah. Tahun 1993, protes di bagian Ogoni karena masalah pipa milik Shell dan pasukan diminta lagi menghentikan protes. Hasilnya, 27 desa rusak, 80000 kehilangan tempat tinggal dan 2000 terbunuh.

    Kritik bermunculan dan Shell disalahkan sebagai pemicu pembantaian. Shell tidak menggubris hal ini dan pasukan menjadikan alasan demonstrsi sebagai cara untuk membunuh kelompok yang selama beberapa lama berseberangan dengan pemerintah. Hal ini merubah kebijakan Shell dengan membuat mekanisme dari dalam untuk membuat acuan agar tidak bertentangan dengan HAM.

Sumber : https://www.academia.edu/4614795/ETIKA_DALAM_BISNIS_INTERNASIONAL3

Selasa, 20 Oktober 2015

jurnal pengaruh etika budaya



Jurnal Pengurusan Awam Jilid 2 Bilangan 1
Januari 2003
NILAI, ETIKA DAN BUDAYA KERJA DALAM PENTADBIRAN
SEKTOR AWAM DI MALAYSIA DARI PERSPEKTIF ISLAM
(SATU IMBASAN KEMBALI TINJAUAN KARYA)
Zainal bin Yang
PENDAHULUAN


    Bukan mudah membicarakan persoalan nilai dan etika yang melibatkan pertimbangan moral dan kehidupan masyarakat. Pembangunan ekonomi yang pesat sebagai penggerak kepada pertumbuhan dan alat mengukur kemajuan yang muncul di bawah naungan falsafah positivisme(melihat sejarah manusia sebagai gerak kemajuan sehala dari satu tahap ke satu tahap')khususnya pada permulaan abad moden menjadikan persoalan nilai dan etika semakin kurangdiberikan penekanan. Keadaan ini lebih menyayat hati apabila didapati bahawa nilai agamaadalah diletakkan di tahap paling rendah berbanding tahap sains atau dianggap sebagai tahappositif dari kacamata kemajuan manusia.Namun, falsafah positivisme mulai dicabar sejak pertengahan abad ini termasuk kritikandaripada ahli sains sendiri. Michael Polanyi dalam Personal Knowledge: Towards a Post-CriticalPhilosophy menyarankan konsep Tacit Dimension2. Tulisan-tulisan oleh Thomas S. Kuhn dalamThe Structure of Scientific Revolutions (1962) yang menyentuh penggantian paradigmaPtolemaean dengan paradigma Copernican dan tulisan Paul Feyerabend dalam Farewell toReason dan Against Method (1974) telah menjadikan aliran falsafah positivisme semakin sukardipertahankan dan persoalan nilai dan etika mula menjadi perhatian.Perspektif Islam tentang kehidupan adalah berteraskan kepastian, keharmonian sosial dandinanisme. Kesemua teras ini berlandaskan kepada falsafah Islam itu sendiri yang menyatukan beberapa aspek kehidupan manusia selaras dengan etika sejagat (universal) iatu Keesaan(Tauhid), Keadilan, Kebebasan dan Tanggungjawab yang menjadi sendi dalam sistem Islam.Keesaan suatu unsur penyatuan yang twat merupakan petunjuk mencari kebenaran yang datangdaripada Allah S.W.T. Keadilan suatu unsur nilai yang saling berkaitan mengajar falsafahkesederhanaan membimbing manusia ke arah jalan yang benar. Kebebasan yang diberikanseharusnya melarang manusia melakukan perbuatan tidak bersopan, beradab dan beretika.Kebebasan yang menolak Keesaan dan Keadilan sama sekali tidak dibenarkan dalam Islam.Tanggungjawab merupakan unsur kuasa mengekang dan mengawal kebebasan sewenang-wenangterhadap segala perbuatan dan perkara-perkara yang berlaku sekelilingnya.Dalam apa jua perkara termasuk hal pentadbiran atau pengurusan, sistem Islam amatpenting dan menjadi kunci penghayatan kepada sistem nilai dan etika kehidupan manusia. SistemIslam menegaskan nilai dan etika dalam pentadbiran dan pengurusan dan apa jua mesti membimbing tingkah laku manusia untuk mencapai kebahgiaan sosial dan keselamatan rohaniah.Begitu juga aspek pengurusan yang mempengaruhi kehidupan individu penjawat jawatan adalah tidak dapat lari daripada falsafah Islam dalam menerapkan nilai-nilai etika dalam pelaksanaannya. Oleh itu, kunci penghayatan yang menyeluruh tentang ketulenan sistem pengurusan Islam terletak pada sistem nilai dan etikanya. Namun begitu, keunggulan etika dalam alam pemikiran Islam tidak menolak kemungkinan bahawa dalam kes-kes ekstrim tertentu, keadaan pengurusan mungkin mempengaruhi tingkah laku nilai dan etika manusia.


SISTEM PENTADBIRAN SEKTOR AWAM

   Pentadbiran atau pengurusan secara kolektif boleh dilihat sebagai satu proses yang melibatkan tanggungjawab-tanggungjawab umum dan meliputi empat perkara iaitu perancangan ke arah sesuatu visi dan peranan yang telah ditetapkan bagi sesuatu organisasi; penyelaraian penggembelengan serta gunapakai sumber organisasi secara lebih berkesan; pengawalan dan pemantauan bagi menghindar penyelewengan, pembaziran dan kesalahan dan segi pencapaian objektif organisasi; dan kepimpinan serta dorongan ke atas sumber manusia yang diamanahkan di bawah sesuatu pihak pengurusan untuk melaksanakan segala tugas dan tanggungjawab yang.

   Hasil karya julungkali tentang pentadbiran sektor awam moden telah diterbitkan diAmerika Syarikat pada tahun 1926 yang ditulis oleh Leonard D. White berjudul Introduction tothe Study of Public Administration dan dikuti oleh hasil karya W.F. Willoughby berjudul Principles of Public Administration pada 1927. Namun sebelum itu terdapat gerakan pembaharuan perkhidmatan awam bermula pada tahun 1860-an dan kemuncak gerakan pembaharuan pada waktu itu terbit sebuah esei berjudul Public Administration daripada Presiden Amerika Syarikat Woodrow Wilson pada tahun 1887. Bagaimanapun Woodrow Wilson sendiri mengakui bahawa sains pentadbiran bukan lahir di Amerika tetapi telah wujud di Eropah lama sebelum itu. Konsep-konsep pentadbiran yang dicipta di Eropah pada ketika itu sama sekali tidak bergantung kepada kehendak dan persetujuan rakyat sebaliknya berpaksikan kepada kehendak penguasa atau pemerintah feudal semata-mata. Terdapat beberapa ungkapan menarik mengenai pemikiran pentadbiran awam yang diucapkan oleh Woodrow Wilson seperti: "Public Administration is detailed and systematic execution of public law. Every particular application of general law is an act of administration. " "It is harder for democracy to organize administration than for monarchy." "The field of administration is a field of business. It is removed from the hurry and strike of politics. "5

   Perkara yang jelas berlaku ialah perkembangan doktrin Perkhidmatan Awam dan amalannya mesti berkaitan dengan ikatan kebudayaan dan dengan itu ianya pasti terikat kukuh kepada nilai-nilai masyarakat umum, golongan berkepentingan dan birokrasi tertentu.6
Manakala mengikut Dwight Waldo dalam Classics of Public Administration' terdapat dua definisi tipikal pentadbiran awam iaitu pertama organisasi dan pengurusan manusia dan benda-benda bagi mencapai tujuan kerajaan; dan kedua sebagai satu seni dan sains pengurusan yang boleh dikaitkan kepada hal ehwal sebuah negeri atau 'negara. Namun walaupun terdapat banyak pandangan dan pendapat mengenai pentadbiran awam ianya tidak boleh lari daripada ruang lingkup cooperative human action. Oleh itu jelas pelaksanaan tugas-tugas dan tanggungjawab pentadbiran atau pengurusan memerlukan perancangan dan penelitian berterusan yang bijaksana. Proses memajukan pentadbiran pengurusan sektor awam adalah merupakan tanggungjawab semua anggota dalam sektor awam serta ahli-ahli pentadbiran Kerajaan. Peningkatan jawatan ke arah yang lebih tinggi menuntut pertambahan tanggungjawab yang lebih besar lagi untuk memajukan pengurusan sektor awam. Penekanan kepada pertambahan tanggungjawab ini menjadi lebih bermakna apabila is dikaitkan dengan gesaan supaya penjawat awam meningkatkan profesionalisme dan kemahiran mereka serta keperluan menambah ilmu pengetahuan. Profesionalisme mempunyai kaftan yang sangat rapat dengan dengan usaha kepimpinan organisasi sektor awam yang berkesan. Ciri-ciri seperti keupayaan menentukan arah tujuan yang hendak diikuti, keupayaan menyelesaikan masalah dengan cepat, sistematik dan tidak diragui serta keupayaan melaksanakan sesuatu tugasan dengan jayanya adalah merupakan sifat kepimpinan yang baik. Dalam konteks kepimpinan berkesan bagi menzahirkan visi yang jelas dan menentukan matlamat serta arah tuju yang betul maka letaknya kepentingan nilai dan etika8.

TAFSIRAN NILAI, ETIKA DAN BUDAYA KERJA

Terdapat banyak tafsiran-tafsiran menyentuh tentang nilai dan etika. Beberapa tafsiran oleh sarjana barat dan sarjana Islam adalah dinyatakan seperti berikut walaupun terdapat banyak lagi tafsiran-tafsiran lain yang berkaitannya. Ahli falsafah Greek tua, Aristotle, mentafsir etika sebagai persoalan mengenai perkaraperkara yang baik dan segi individu. Tafsiran nilai dan etika ini diperluaskan lagi dan diasingkan keduanya secara lebih tersusun oleh pakar sosiologi Amerika, Talcot Parsons seperti berikut:
`Values — in the pattern sense — we regards as the primary connecting elements
between the social and cultural systems. Norms, however, are primarily social.
They have regulatory significance for social processes and the relationships but
do not embody principles which are applicable beyond social organization.'
Dalam psikologi, terminologi nilai seringkali digunapakai bagi merujuk kepada 'a modality of selective orientation' (Williams, 1968; Pepper, 1958) yang berkait dengan individuallevel preferences, motives, needs, and attitudes9. Kehidupan manusia dalam masyarakat tidak dapat lari daripada aspek-aspek nilai. Petikan berikut memperjelaskan tentang kedudukan unsur nilai dalam kehidupan masyarakat dan kerajaan:
"... In a society where people seek emancipation rather than security, support and legitimacy becomes increasingly instrumental, based on calculations of interest rather than feelings of belonging. Consequently, while government performance is measured against these new values, its actual output is largely based on goals than correspond to yesterday's values. ....7710
Tafsiran mengenai etika mengikut pandangan sarjana barat kebanyakan menghubungkaitkannya dengan akibat tindakan manusia itu. Seumpama beberapa tafsiran oleh Hillel dalam "The Ethics of The Fathers" yang dinyatakan seperti berikut:
"Reflection upon the principles articulated in the great ethical works of humankind is apt to make people more sensitive to the meaning and consequences of their actions."
"The right path that a person should choose is one that honours the persons who does it, but which also brings honour from humankind." " If I am not . for myself who will be for me, but, i f I am only for myself what am poi
Manuel G. Velasquez memberikan tafsiran etika sebagai the discipline that examinesone's moral standards or the moral standards of a society. It asks how these standards apply toour lives and whether these standards are reasonable or unreasonable — that is, whether they are supported by good reasons or poor ones. 12

   Seorang penulis Cina, Hans Kung yang menerima pendidikan barat menggunakan istilahetika bagi menunjukkan the basic moral attitude of an individual or a group sedangkan katanya lagi etika bermaksud theory of moral values, norms and attitudes dan seringkali sukar untuk membezakan antaranya dengan jelas sekali.Sarjana-sarjana Islam juga banyak memberikan tafsiran tentang nilai dan etika berdasarkan kepada sistem Islam itu sendiri. Ulama agung Imam Al Ghazali dalam kitab Mustawif memberikan tafsiran nilai dengan makna yang sangat padat iaitu satu keadaan jiwa rohani (a state of soul). Tafsiran ini amat mendalam maknanya dan memberikan kita satu kefahaman tentang hati nurani manusia itu sendiri. Tafsiran ini telah dikupas dan diolah dalam perkataan yang lebih jelas oleh Syed Othman Alhabshi seperti berikut: "A value is normally understood to be a thing towards which society has affective regard or even strong belief in its goodness or otherwise. If society has positive affection or strong belief that something is good or beneficial to society, then such a thing is considered to have positive value........... On the other hand if society abhors something because either it has no affection for it or does not believe that it is of any benefit to it, then that things is of no value or has negative value. "
Menurut Dr. Syed Othman Alhabshi, dalam sistem Islam, nilai sahaja tidak memberikan apa-apa makna kepada manusia tanpa dikaitkan dengan persediaan bagi menghadapi kehidupan yang lebih bermakna iaitu kehidupan di alam akhirat nanti. Sistem nilai semata-mata tidak boleh bergantung hanya kepada norma-norma dan amalan masyarakat yang cenderung untuk berubah mengikut situasi tertentu dan kesesuaian masa mengikut standard dan penerimaan masyarakat ketika itu. Sifat agung nilai-nilai Islam adalah apa yang dilakukan berturutan dengan prinsip asas kewujudan dan matlamat utama dalam kehidupan manusia. Pandangan oleh Dr. Syed Othman Alhabshi ini selaras dengan pandangan Sachiko Murata dan William C. Chittick yang berbunyi:
" We may also wish to take into account the inner dimensions of a person. There
are basically two questions that we can ask, one having to do more with
knowledge, and the other having to do with intention and will. When we look at
an activity, we might be interested in what sort of understanding lies behind the
activity. ...................... Should we define it in terms of a person and the act, the
social or cultural context, the biological determinants, the historical moment?
... ...Knowledge of which of these, if any, will provide us with the
understanding of the actual situation? This then is a dimension of human
experienced having to do with knowledge, understanding, and world view. Islam
approaches these issues from the vantage point of faith, for reasons that will
become clear. "

Tan Sri Ahmad Sarji bin Abdul Hamid dalam buku Penerapan Nilai dan Budaya Kerja Cemerlang Dalam Perkhidmatan Awam Malaysia memberikan tafsiran nilai sebagai: "A value is a relatively permanent framework which shapes and influence the general nature of an individual's behaviour."Manakala takrifan etika mengikut Tan Sri Ahmad Sarji bin Abdul Hamid dalam buku The Changing Civil Service — Malaysia's Competitive Edge — disebutkan sebagai:"A systematic attempt through the use of reason to make sense of our individualand social moral experience in such a way as to determine the rules which ought
to govern human conduct." Buku Nilai Dan Etika Dalam Perkhidmatan Awam memberi definisi nilai sebagaikepercayaan yang mendorong seseorang atau sesebuah institusi untuk bertindak mengikut pemilihan yang berasaskan nilai-nilai utama masyarakat. Manakala etika pula bermaksud tanggungjawab dan akibat tingkahlaku seseorang atau profesion terhadap masyarakat. Secara ringkas dinyatakan nilai dan etika Perkhidmatan Awam terkandung dalam institusi utama masyarakat yakni agama, pendidikan, keluarga dan persekitaran masyarakat. Budaya kerja sesebuah organisasi adalah dirujuk kepada jumlah bilangan nilai-nilai dan kepercayaan yang juga termasuk perilaku manusia di dalam organisasi tersebut. Sebenarnya apabila sikap, perasaan dan perilaku manusia dalam organisasi adalah terlalu natural kepada mereka sehinggakan individu dalam organisasi mungkin tidak sedar yang mereka memperlihatkan imej atau corak perilaku dimana ianya akan membentuk budaya bagi organisasi tersebut. Satu budaya kerja cemerlang harus mengandungi nilai-nilai murni dan unggul sebagai asasnya. Kajian oleh pakar-pakar pengurusan dan dan contoh-contoh yang diperolehi daripada syarikat-syarikat swasta telah membuktikan bahawa beberapa syarikat-syarikat yang cemerlang dan berjaya mempunyai dan mengamalkan nilai-nilai bersama yang dijadikan budaya kerja syarikat. Dengan mengamalkan nilai-nilai dan budaya kerja cemerlang, syarikat-syarika berkenaan menjadi kuat dan teguh, sebaliknya organisasi-organisasi yang tidak mempunyai nilainilai murni yang unggul yang dikongsi bersama sebagai satu budaya kerja tidak akan berjaya walaupun is memiliki asas yang kuat dalam bidang-bidang Suatu asas pasti yang perlu bagi budaya kerja cemerlang sama ada bagi sektor awam atau swasta ialah memiliki amalan etika professional yang baik. Dalam Islam, kerja adalah termasuk dalam jenis ibadat umum. Ibadat umum ini mempunyai maslahat umum yang unggul dan tinggi, mengatasi maslahat peribadi yang sempit dan terhad. Dengan itu, seseorang Islam bekerja kerana menyahut tuntutan agama dan meningkatkan pencapaian tugasnya untuk kepentingan din dan masyarakatnya. Ia bekerja kerana ditugaskan Allah S.W.T. dan menunaikannya adalah menunaikan tugas suci. Oleh itu, pekerja haruslah mematuhi disiplin, nilai dan etika kerja yang tertentu. Pekerja khususnya dalam Perkhidmatan Awam harus mempunyai sikap dan penilaian positif dalam melaksanakan tugas yang diamanahkan. Pekerja harus menentukan objektif kerjanya antara mencapai hasil kebendaan dalam bentuk rezeki untuk dirinya sendiri dan orangorang di bawah pimpinannya dan habuan tertentu untuk masyarakatnya. Pekerja dalam sektor awam amat perlu mengimbangi antara kepentingan peribadinya dan kepentingan orang lain di dalam masyarakatnya serta tidak harus terhad kepada kelompokkelompok tertentu sahaja. Dapat dilihat bahawa ciri-ciri bekerja dan segi konsep, sistem, nilai, etika dan cara bekerja yang produktif dengan sikap, komitmen dan niat bekerja itu sendiri adalah dirumus dan dijadikan formula konkrit orang-orang Islam sendiri berdasarkan tugas bekerja adalah tugas ketuhanan dan sistem nilai kerja adalah berasaskan sistem nilai moral kerohanian
Islam."

KEPERLUAN NILAI, ETIKA DAN BUDAYA KERJA DALAM PENTADBIRAN AWAM
   Kritikan paling tajam terhadap kegagalan pengurusan Barat daripada aspek nilai pernah dikemukakan oleh James L. Gibsons dalam membuat rumusan terhadap pendapat Anthony Downs yang mengatakan pentadbir atau pengurus organisasi adalah diragui, tidak boleh dipercayai, hasad dengki, tidak beramanah, berfikiran sempit, tidak mengambil peduli, tidak matang, tidak dapat bertolak ansur dalam perbezaan pendapat, tidak boleh berkomunikasi dengan mendalam dengan rakan-rakan dan tidak berpandangan jauh. Secara ringkas dikatakan pentadbir dan pengurus pada waktu itu adalah manusia yang kewibawaan dan moral mereka dipersoalkan secara serius."

   Mengikut Ahmad Atory Hussain, punca segala kekacauan dan kekeliruan yang dibangkitkan oleh para sarjana Barat adalah disebabkan "the sansate culture" (budaya hawa nafsu) iaitu budaya berdasarkan kepada matlamat utama dimana kebenaran sebenar dan nilai adalah sensory dan Tanya adalah melebihi jangkauan reality dan nilai yang boleh dilihat, didengar, dibaui, disentuh dan dirasai dimana tidak ada yang lebih daripada itu. Inilah prinsip asas teori dan praktik pengurusan Barat dan banyak diikuti oleh lain-lain negara. Kebudayaan hawa nafsu menganjurkan sikap yang sangat tidak beretika. Matlamat dan cara tidak lagi penting kerana self-actualization yang bermakna pemuasan hawa nafsu semata-mata adalah lebih penting.

    Budaya hawa nafsu banyak menimbulkan masalah dan tidak memberikan makna kehidupan manusia sebenar. Apatah lagi sekiranya dikaitkan dengan erti dan konsep-konsep pembangunan, modenisasi dan kemajuan yang diingini oleh masyarakat Malaysia. Perkhidmatan Awam yang bertanggungjawab secara langsung dengan hal ehwal pembangunan, modenisasi dan kemajuan perlu kepada satu pendekatan sebagai panduan arah tuju dalam melaksanakan amanah yang diberikan oleh rakyat. Perkhidmatan Awam berperanan sebagai 'stewardship' negara bagi mempertahankan kepentingan awam dan keadilan rakyat terbanyak. Justeru itu, segala bentuk pemikiran, tindakan dan perilaku anggota Perkhidmatan Awam perlu berasaskan kepada nilai-nilai dan etika Perkhidmatan Awam. Buku Nilai dan Etika Dalam Perkhidmatan Awam memperjelaskan tentang perlunya kefahaman yang mendalam terhadap nilai-nilai dan etika Perkhidmatan Awam kerana:

(a) Sebagai penentu arah dan pemberi makna kepada pemikiran, tindakan dantingkahlaku anggota Perkhidmatan Awam bagi memenuhi tanggungjawab danamanah mereka sebagai pekerja negara.

(b) Sebagai pemberi penyatuan dan penyelarasan di antara anggota-anggota Perkhidmatan Awam sebagai institusi utama membuat keputusan kepada pembangunan tamadun masyarakat.

(c) Sebagai standard mutlak bagi mendorong anggota Perkhidmatan Awam berkhidmatdengan ikhlas dan berkesan.Ahmad Atory Hussain dalam Reformasi Pentadbiran Di Malaysia banyak membicarakan tentang usaha-usaha pembaharuan Pentadbiran Awam yang menekankan kepada perubahan nilai yang mana sebelum ini hanya menekankan kepada soal-soal meningkatkan kemahiran sahaja. Mengikut Ahmad Atory Hussain, mana-mana teori atau definisi pembangunan pentadbiran melihat pembaharuan pentadbiran adalah perlu bagi sesebuah negara tanpa mengambil kira hala tuju perubahan, masa dan kecepatan kerana perubahan penting dalam pelaksanaan rancanganrancangan pembangunan dan dasar-dasar bare bagi sesebuah negara. Pembaharuan pentadbiran ini termasuklah yang menekankan aspek nilai dalam pentadbiran. Petikan Ahmad Atory Hussain memperjelaskan keperluan kepentingan nilai untuk melakukan perubahan terhadap pentadbiran adalah seperti berikut:
"Dikatakan nilai merupakan sesuatu yang lebih asas, di mana melepasi keduadua konsep (nilai dan sikap) tadi. Nilai juga dianggap sebagai suatu yang meresap atau mendalam atau terselindung dan sebagai suatu set sikap-sikap yang terselindung atau underlying. Satu kepercayaan yang meresap atau mendalam bagi inisiatif seseorang individu itu adalah merupakan satu nilai. Nilai berkembang atau berubah lebih perlahan daripada sikap, tetapi prinsip yang sama berpegang kepada kedua-dua konsep ini. Menurut Leavitt (iaitu Harold J. Leavitt, Managerial Psychology: An Introduction to Individuals, Pairs and Groups in Organizations. 1978) satu cara untuk mengubah kelakuan, mula-mula sekali ialah dengan mengubah sikap-sikap dan nilai."Dalam buku Laporan Kemajuan Panel Memajukan Pentadbiran Awam (PANEL) Ke Arah Mewujudkan Perkhidmatan Awam Yang Cemerlang terbitan Unit Pemodenan Tadbiran Malaysia (MAMPU), Jabatan Perdana Menteri bertarikh 15 Ogos 1989, diperjelaskan tentang program-program dan projek-projek yang telah dihasilkan oleh PANEL yang dianggap sebaga satu kemestian untuk membawa Perkhidmatan Awam ke tahap kecemerlangan. Melalui program eningkatkan penghayatan dan amalan budaya kerja yang positif dalam Perkhidmatan Awam sebanyak tiga nilai asas telah diperkenalkan pada masa itu iaitu nilai integriti, nilai prestasi kerja yang berkualiti dan nilai kemanusiaan.Sebagaimana diperkatakan oleh Dr. Haji Malek Shah Haji Mohd Yusoff dalam artikel Gagasan Pembentukan Pengurusan Berasaskan Nilai (Value-Based Management) Dalam Perkhidmatan Awam iaitu implikasi amalan nilai-nilai murni terhadap keberkesanan perjalann sesebuah organisasi dalam perkhidmatan dapat dikaitkan dengan kecekapan dan meninggikan mutu perkhidmatannya.23 Jelas bahawa keperluan nilai, etika dan budaya kerja cemerlang sangat dikehendaki dalam pentadbiran awam.

NILAI, ETIKA DAN BUDAYA KERJA PENGURUSAN SEKTOR AWAM MALAYSIA.
Sistem pengurusan sektor awam di Malaysia mula mengutarakan bicara nilai dan etika dengan lebih jelas, serius dan nyata bermula ketika lahirnya Teras Perkhidmatan Awam (1 Januari 1979); Etika Perkhidmatan Awam dan Konsep Perkhidmatan Cemerlang (13 Disember 1980); Bersih, Cekap dan Amanah (April 1982); Dasar Penerapan Nilai-Nilai Islam Dalam Perkhidmatan (1982); Kepimpinan Melalui Teladan (19 Mac 1983) hingga kepada Gerakan Budaya Cemerlang dan Gerakan Kualiti. Namun begitu, gerakan mengambil unsur-unsur nilai dan etika dalam Perkhidmatan Awam di Malaysia telah wujud lebih awal sebelum itu iaitu sejak awal 1960-an lagi tetapi tidaklah sehebat selepas tahun 1979. Kesemua bicara nilai, etika dan budaya kerja dalam Perkhidmatan Awam berjaya dirumuskan dengan tepat dan jelas dalam dua belas peringatan Ketua Setiausaha Negara pada 1992 iaitu Tan Sri Ahmad Sarji bin Abdul Hamid dan dikenali sebagai Tonggak Dua Belas24. Asas kepada Tonggak Dua Belas adalah seperti berikut:
(i) Menghargai masa (The value of time);
(ii) Ketekunan membawa kejayaan (The success of perseverance);
(iii) Keseronokan bekerja (The pleasure of working);
(iv) Kemuliaan kesederhanaan (The dignity of simplicity);
(v) Ketinggian peribadi (The worth of character);
(vi) Kekuatan sifat baik hati (The power of kindness);
(vii) Pengaruh teladan (The influences of examples);
(viii) Kewajipan menjalankan tugas (The obligation of duty);
(ix) Kebijaksanaan berhemat (The wisdom of economy);
(x) Keutamaan kesabaran (The virtue of patience);
(xi) Peningkatan bakat (The improvement of talent);
(xii) Nikmat mencipta (The joy of originating)
Kefahaman terhadap nilai-nilai dan etika Perkhidmatan Awam sangat penting kerana is menentukan arah dan memberi makna kepada pemikiran, tindakan dan perilaku anggota sektor awam dalam memenuhi tanggungjawab; memberi penyatuan dan penyelarasan antara anggota Perkhidmatan Awam kepada pembangunan tamadun masyarakat; dan merupakan standard mutlak mendorong anggota Perkhidmatan Awam berkhidmat dengan ikhlas dan berkesan seperti dijelaskan dalam buku Nilai dan Etika Dalam Perkhidmatan Awam. Satu pendekatan yang sangat prihatin terhadap persoalan nilai, etika dan budaya kerja cemerlang dalam pengurusan sektor awam di Malaysia telah berjaya memberi kefahaman yang jelas dan kepentingannya kepada semua penjawat awam.

NILAI, ETIKA DAN BUDAYA KERJA DARI PERSPEKTIF ISLAM
Usaha untuk merealisasikan aspirasi-aspirasi negara seperti perpaduan negara, pembentukan negara maju, pembentukan budaya bersama, pembentukan keluarga penyayang, kerjasama antara kaum, pengurusan sektor awam cemerlang boleh dicapai melalui sistem nilai dan etika kerja yang baik. Islam mengakui kepelbagaian kaum dan hikmahnya ialah supaya semua orang saling mengenali dan mengambil manfaat dan kepelbagaian ini. Islam menyeru supaya umatnya menyuruh kepada kebaikan dan melarang dari melakukan kejahatan. Usaha-usaha mempertingkatkan kefahaman tentang nilai-nilai kesejahteraan, budaya kerja cemerlang, kualiti dan sebagainya adalah merupakan usaha semua orang. Ianya lebih penting lagi bagi pengurusan sektor awam yang memegang amanah awam dan diberikan kepercayaaan serta tanggungjawab dalam merealisasikan matlamat negara demi kesejahteraaan rakyat terbanyak.
Penerapan nilai-nilai murni, etika dan budaya kerja cemerlang berlandaskan kepada kepercayaan agama adalah amat penting. Penerapan nilai dan etika yang murni seringkali menghadapi cabaran termasuklah cabaran dan dalam din sendiri yang sentiasa inginmengoptimakan matlamat kehidupan dunia yang mewah. Justeru itu, cabaran-cabaran ini harus diatasi dan melalui penerapan nilai-nilai baik, etika dan budaya kerja cemerlang dapat membina insan mulia yang boleh diamanahkan menerajui pengurusan awam tanpa mengira peringkat, tahap dan perkhidmatan. Dan perspektif Islam, secara umumnya, sesuatu yang baik itu adalah selari dengan fitrah manusia. Islam percaya bahawa manusia dilahirkan dalam keadaan suci dan ia suka kepada segala yang baik dan ia benci pada segala yang buruk. Islam percaya bahawa dalam dinsetiap manusia itu potensi untuk ia menjadi baik adalah lebih banyak dan potensinya untukcmenjadi jahat. Oleh itu, usaha perlu diambil untuk menghindar atau membanteras segala faktorfaktor, pengaruh-pengaruh dan unsur-unsur yang boleh melemahkan keupayaan dan kekuatan manusia untuk ingin kepada yang baik Sistem nilai Islam yang tercetus daripada pandangan worldview didasari oleh tiga prinsip asas iaitu Keesaan (Tauhid — unity), Kepimpinan (Khilafah — vicegerency) dan Keadilan (A1-`adl — justice). Pandangan worldview ini memberikan satu paradigma penting mentadbir sistem kepercayaan Islam, perilaku dan sifat perangai dalam semua tindakan. Seseorang individu Islam tidak boleh menyerahkan segalanya hanya kepada iman semata-mata kerana mereka hams berperilaku sebagai hamba yang soleh dan perilaku yang salah adalah tidak dapat diterima dan memerlukan tindakan pembetulan dan langkah memperbaikinya. Sistem kepercayaan bukan hanya dipengaruhi oleh perilaku semata-mata tetapi juga sifat perangai individu itu. Sifat perangai adalah satu keadaan jiwa rohani (state of soul) yang menghasilkan tindakan fizikal yang serta merta dan konsisten. Apabila keadaan jiwa rohani menghasilkan sesuatu tindakan yang mulia akhlaknya maka ia dikatakan satu sifat perangai yang baik. Sebaliknya, bila keadaan jiwa rohani berterusan dan serta merta menghasilkan tindakan yang jahat dikatakan sifat perangai itu adalah jahat atau buruk. Keadaan jiwa rohani yang tidak menghasilkan tindakan fizikal yang konsisten dan serta merta tidak boleh dianggap sebagai satu sifat perangai. Ianya hanya satu perilaku sementara sahaj Terdapat banyak nilai-nilai Islam yang universal dan sesuai untuk semua situasi dan masyarakat. Namun untuk artikel ini dipilih beberapa nilai Islam yang difikirkan sangat berkaitan dengan pengurusan organisasi, diantaranya ialah

(i) Setiap tindakan hares diiringi dengan that
Tidak ada tindakan yang boleh dilaksanakan tanpa that yang jelas. Dalam terminologi
pengurusan that adalah objektif. Setiap organisasi hares mempunyai kenyataan misi
atau objektif organisasi supaya arah tuju, sasaran atau sesuatu bentuk pengukuran
prestasi organisasi tersebut. Ini merupakan prinsip dasar dalam Islam.
(ii) Ketelitian dan Berpengetahuan dalam semua usaha (itqan)
Yang pastinya Islam amat menggalakkan umatnya mencari ilmu dan lebih penting
ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan apa yang hendak dilakukannya.
Pengetahuan yang dimaksudkan ialah meliputi segalanya bukan setakat apakah
perkara atau benda itu, juga meliputi kemahiran melaksanakan tugas serta ketelitian
dalam pengendaliannya. Ketelitian juga membawa maksud kepada ketekunan,
kehendak dan komitmen melaksanakannya. Hanya melalui cara ini sahaja seseorang
dapat mencapai kejayaan.
(iii) Kecekapan dan Kekesanan (ihsan)
Ihsan membawa maksud melakukan lebih daripada keperluan minima dan juga
bermaksud kecekapan dan kekesanan. Dalam ertikata yang lain ianya merujuk
kepada peningkatan produktiviti atau dorongan ke arah kecemerlangan.
(iv) Keikhlasan
Merupakan kunci kepada segala usaha yang dilakukan dan memberikan kemampuan
yang terbaik. Keikhlasan adalah satu nilai mutlak dan tidak ada sukatan lain baginya.
Ini bermakna tidak ada nilai bagi yang kurang ikhlas kerana sebarang kekurangan
menunjukkan ada unsur-unsur lain dalam that yang boleh membantutkan kualiti
prestasi.
(v) Kehendak kepada Kecemerlangan
Unsur paling penting bagi prestasi cemerlang ialah adanya kehendak dalam diri
individu. Kecemerlangan bukan dicapai melalui carta organisasi yang menarik,
kedudukan yang ampuh atau imbuhan yang istimewa semata-mata. Mungkin ianya
perlu sebagai satu pra-syarat tetapi tidak mencukupi. Yang penting ialah kehendak
individu kearah kecemerlangan. Islam bukan sekadar menerima kecemerlangan
sebagai satu keutamaan tetapi juga menggalakkan gerakan ke arah kecemerlangan
dalam semua perkara yang dilakukan.
(vi) Penilaian diri yang berterusan
Islam amat menggalakkan penilaian diri berterusan bagi tujuan penambahbaikan diri
pada sepanjang masa. Amalan ini selaras dengan prinsip usaha penambahbaikan
berterusan seperti mana prinsip Kaizen dalam pengurusan Jepun.
(vii) Fikiran sentiasa Mengingati kepada Yang Maha Kuasa
Islam berterusan memperingatkan pengikutnya sentiasa mengingati Yang Maha
Kuasa, Allah S.W.T. Allah mengarahkan umatnya melakukan kebaikan (maaruf) dan
menjauhi yang buruk (munkar). Apa yang baik bagi orang Islam termasuldah nilai-

NOTA AKHIR

Syed Nawab Haider Naqvi. "Kata Pengantar" oleh Menteri Pendidikan Malaysia dalam Etika
Dan Ekonomi. Satu Sintesis Islam. Diperjelaskan bahawa aliran falsafah positivisme yang
mendokong sepenuhnya konsep objektiviti dalam pelbagai disiplin ilmu telah menolak unsurunsur nilai yang dianggap sebagai membantutkan perkembangan ilmu. Ilmu sains berlumba mengenepikan faktor bukan objelctif dan menjadi pendekatan utama kepada ilmu-ilmu sains sosial. Ilmu ekonomi, " the queen of the social sciences" mempunyai kedudukan istimewa dan kecederungannya untuk tidak melibatkan persoalan moral berhasil menjadikannya satu dogma. Sains tidak boleh wujud dan berkembang tanpa konsep Tacit Dimension kerana ilmu sains itu sendiri terikat dengan diri ahli sains berkenaan yang tidak boleh lari daripada kehidupan masyarakat yang mempunyai sistem nilai dan persoalan moral yang merupakan sebahagian daripada kehidupan manusia. Lihat Dr. Abdul Rahman Hj. Abdullah. Tradisi Falsafah Ilmu. Penghantar Sejarah dan Falsafah Sains. ms. Diterangkan dengan jelas sekali tentang munculnya bidang sejarah dan falsafah sains sebagai satu disiplin baru yang khusus dan tersendiri. Dinyatakan bahawa Thomas S Kuhn adalah penulis yang memperkenalkan dan mempopularkan istilah paradigma yang merupakan satu konsep berkait rapat dengan teori perkembangan sains yang berkembang secara revolusioner. Dengan konsep paradigm shift Thomas S. Kuhn menolak pandangan konvensional yang menekankan bahawa perkembangan atau perubahan-perubahan besar dalam sejarah sains adalah kerana upaya empirikal membuktikan kesalahan suatu teori atau sistem. Manakala Paul Feyerabend adalah penulis yang banyak memihak kepada Thomas S. Kuhn. Dikatakan Paul Feyerabend menggunakan prinsip anarkistik epistemologikal yang menekankan peranan positif ahli-ahli sains yang menolak metod-metod yang disarankan oleh ahli-ahli falsafah sains. Menurut Paul Feyerabend pada masa kini ilmu sains menduduki posisi sebagai kuasa mutlak, dimana seseorang itu mahu atau tidak mahu hams mempelajari sains. Ini telah menjadikan sains tidak lagi berfungsi membebaskan manusia, sebaliknya memperbudakkan manusia. Oleh itu Paul Feyerabend berpandangan bahawa sains bukanlah satu-satunya bentuk pengetahuan yang paling unggul dan is menolak sikap autoritarian dalam apa bentuk sekalipun Aidit Haji Ghazali. "Pengurusan Berteraskan Islam" dalam Islam, Budaya Kerja DanPembangunan Masyarakat — Satu Kefahaman. ms 167. Falsafah Islam yang utama dalampengurusan ialah Tauhid. Penghayatan Tauhid akan membawa kepada pendekatan pengurusanyang berstatus ibadat dan wujudnya keseimbangan dan segi gelagat manusia dan kehendak Illahi,antara urusan duniawi dan ukhrawi dan kepentingan peribadi dan kemaslahatan umum. Rujukankepada Pengurusan di Malaysia Dari Perspektif Islam oleh Azam Che Umar juga memberikanpandangan yang sama iaitu keperluan pengurusan berasaskan Tawhid Uluhiyyah dan TawhidRububiyyah. Dimana dikatakan bahawa sifat dan kelakuan penguins Islam ialah Ubudiyah,Mas'uliah, Itqan, Qanaah dan Murunah.
5 Lihat Ahmad Atory Hussain. Pentadbiran Awam Asas Pemikiran dan Falsafah. Dalam Bab 2 :
Satu Kajian Tentang Pentadbiran Oleh Woodrow Wilson, ms. 10-18, Ahmad Atory telah
membicarakan tentang pemikiran Woodrow Wilson betapa perlunya kesinambungan pemikiran
disiplin pentadbiran awam. Banyak lagi ungkapan yang dipetik oleh Ahmad Atory daripada
ucapan Woodrow Wilson tentang pentadbiran awam termasuk juga kaedah mengembangkan
pentadbiran serta keperluan membezakan pentadbiran dengan persoalan politik.
Dalam Bab 1. Definisi dan Konsep Pentadbiran Awam, Ahmad Atory memperjelaskan
tentang pengertian Perkhidmatan Awam, pengkajiannya serta perkembangan sektor Perkhidmatan Awam. Perkara pokok yang dijelaskan oleh Ahmad Atory ialah pentadbiran awam dianggap sebagai salah satu proses politik utama dan keperluan pentadbiran awam untuk memilih nilai-nilai yang lebih baik dan perlu ditekankan untuk anggota Perkhidmatan Awam bagi menghasilkan perkhidmatan yang efektif dan tidak dipersoalkan kewibawaannya.
Ibid. Dalam Bab 1. Definisi dan Konsep Pentadbiran Awam, Ahmad Atory mengambil petikan daripada Jay M. Shafritz and Albert C. Hyde, Classic of Public Administration. 1978
Ahmad Sarji Bin Abdul Ilamid. Penerapan Nilai Dan Budaya Kerja Cemerlang Dalam Pentadbiran Awam Malaysia. Koleksi ucapan-ucapan dalam tahun 1992. ms. 8. Kupasan lebih terperinci mengenai aspek profesionalisme pegawai awam dapat dilihat dalam Kemajuan Pentadbiran Awam di Malaysia, 1992 Jan W. Van Deth & Elinor Scarbrough. Beliefs in Government Volume Four. The Impact of Values. Dalam Bab The Concept of Values, ms. 22 — 28, Jan W. Van Deth memperjelaskan tentang konsep nilai sejak daripada era Revolusi Perusahaan hingga ke era Peperangan Dunia KeDua di Eropah dimana nilai pada masa itu tidak diberikan penekanan sewajarnya dalam proses pentadbiran kerajaan walaupun terminologi nilai itu telah ada. Banyak tafsiran tentang nilai diberikan dalam Bab Concept of Values ini. 10 Ibid. Dalam Bab Introduction: The Impacts of Values, Jan W. Van Deth menyentuh secara umum tentang kedudukan nilai dalam politik, agama, perniagaan. Namun Jan W. Van Deth banyak merujuk kepada apa yang berlaku di Eropah kerana sesuai dengan bukunya yang membuat kajian tentang impak nilai di negara-negara Eropah. Walaupun terdapat bab yang berkaitan dengan kedudukan dan impak nilai dan agama tetapi tiada yang menyentuh nilai Islam sebagai rujukan. Henry Kessinger. The Diplomacy. ms. 123. Henry Kessinger mengambil petikan daripada Hillel dalam The Ethics of the Fathers untuk membuat rujukan bagi menyatakan betapa pentingnya nilai dan etika dalam membuat keputusan khususnya dalam hal perhubungan diplomatik dan juga menjaga kepentingan negara. Mannuel G. Velaquez dalam Business Ethics. Concept and Cases banyak merujuk kepada konsep etika dalam perniagaan. Contoh-contoh perlanggaran etika dalam syarikat-syarikat korporat yang besar diambil sebagai kes atau panduan rujukan bukunya. Ia juga banyak sekali mengaitkan etika dengan isu moral.. A Global Ethics for Global Politics and Economics. mengatakan bahawa global ethic as a _foundation . for global society namun wujud konflik dan mustahil untuk mendapatkan global consensus dalam persoalan etika. Perkara ini dianggapnya sebagai satu cabaran dan ransangan kepada para pemimpin khususnya dalam politik dan pengurusan ekonomi.Beberapa contoh nilai positif yang diberikan ialah seperti kebersihan. nendidikan. pernurah, kebebasan dan lain-lain. Manakala contoh nilai negatif adalah seperti kedekut, kejam, jenayah, maki hamun, tamak, dan lain-lain. Kriteria digunakan oleh masyarakat mmbezakan nilai positif dan negatif adalah amat bergantung kepada normanormaatau keunggulan atau standard yang diterima oleh masyarakat berkenaan. Disebutkan bahawa agama dalam pandangan Islam ada tiga
dimensi iaitu Islam (submission), Iman (faith) dan Ihsan (doing what is beautiful). Religion is a right or correct way. The hadith of Gabriel suggests that in the Islamic understanding, religion embraces right ways of doing things, right ways of thinking and understanding, and right ways of forming the intentions that lie behind the activity. In this hadith, the Prophet gives each of the three right ways a name. Thus one could say that "submission" is religion as it pertains to acts, `faith" is religion as it pertains to thoughts, and "doing the beautiful" is religion as it pertains to intentions. These three dimensions of religion conlesce into a single reality known as Islam.. Ahmad Sarji menerangkan makna etika dan kaitannya dengan proses
tindakan, sebab musabab hasil daripada tindakan dan keperluan memiliki etika dalam Perkhidmatan Awam serta dilema berbangkit daripada pembuat keputusan apabila didapati wujudnya konflik pertanggungjawap. "Program Keempat : Program Meningkatkan Penghayatan Dan Amalan Budaya Kerja Yang Positif Dalam Perkhidmatan Awam". Laporan Kemajuan Panel Memajukan Pentadbiran Awam. Ke Arah Mewujudkan Perkhidmatan Awam Yang Cemerlang.Dalam laporan program keempat ini dilaporkan bahawa kejayaan beberapa syarikat swasta seperti Hewlett Packard, Matsushita Electric Company dan IBM adalah kerana memiliki budaya kerja cemerlang berasaskan kepada pemilikan nilai-nilai bersama yang dikongsi antara pekerja-pekerja dan juga dengan pihak pengurusan syarikat. Diantara nilai-nilai bersama yang menjadi budaya kerja syarikat ini ialah the individual must be respected; the customer must be given the best possible service; excellent and superior performance must be pursued; national service through industry; fairness; harmony and co-operatian; and struggle for betterment. Panel pada 1987 telah mengenalpasti terdapat tiga nilai asas untuk mewujudkan Perkhidmatan Awam cemerlang iaitu integriti; prestasi kerja yang berkualiti; dan kemanusiaan. Model yang diambil dan digunapakai pada ketika itu adalah berdasarkan McKinsey 7-s Framework yang diperkenalkan oleh Robert Waterman. Jr., Thomas J. Peters dan Julien R. Ulasan lebih mendalam tafsiran budaya kerja Islam dengan kaitannya dengan niat yang ikhlas kerana Allah S.W.T. serta salah tanggapan sesetengah orang Islam dalam melaksanakan kerja secara spontan atau sebagai routine harian tanpa melibatkan perancangan, etika, kualiti dan sebagainya dapat dilihat dalam artikel "Budaya Kerja" oleh Ismail Haji Ibrahim dalam Islam Ismail Haji Ibrahim, individu Islam hams mempunyai kesedaran dan conscience hidup beramanah dan bertanggungjawab secara jujur serta peka kepada kesejahteraan masyarakat dan negara umumnya.. Menjelaskan rasional nilai dan etika dalam Perkhidmatan Awam serta kaitannya dengan empat peranan utama pentadbir Perkhidmatan Awam iaitu sebagai satu sistem sosial yang bertanggungjawab memimpin negara; sebagai pemberi perkhidmatan kepada Raja, Kerajaan dan masyarakat dengan penuh kesetiaan; sebagai satu tanggungjawab membentuk masyarakat yang adil dengan sistem ekonomi terbuka; dan sebagai penjalan hak-hak  dan kuasa-kuasa untuk berlaku adil kepada rakyat yang menerima khidmatnya. Ahmad Atory Hussain mengupas tentang usaha-usaha pembaharuan pentad biran dengan mengaitkannya dengan nilai dan sikap. Pendekatan kelakuan dalam ilmu psikologi telah diambil sebagai asas perbincangan. Dikatakan alat berkesan untuk perubahan organisasi ialah kumpulan sensitiviti atau pembangunan. Perbandingan juga dibuat dengan model-model lain seperti Manipulative Strategy oleh Kurt Lewin (1959) dan Change in Value Strategy oleh Chris Argyris (1959). Laporan Kemajuan Panel Memajukan Pentadbiran Awam Ke Arah Mewujudkan
Perkhidmatan Awam Yang Cemerlang. Lihat Program Keempat: Program Meningkatkan
Penghayatan dan Amalan Budaya Kerja Yang Positif Dalam Perkhidmatan Awam.Hasil idea yang dipertengahkan dalam buku laporan dan dijadikan panduan adalah berasaskan kepada Mckinsey 7-s Framework daripada idea sarjana Barat.Lihat Dr. Haji Malek Shah bin Haji Mohd Yusoff, "Gagasan Pembentukan Pengurusan Berasaskan Nilai Dalam Perkhidmatan Awam" dalam Pengurusan Awam Penerbitan Jabatan Perkhidmatan Awam Malaysia. Keperluan amalan nilai-nilai murni dinyatakan sebagai amat penting untuk memastikan supaya penjawat jawatan dalam Perkhidmatan Awam dapat mengelak daripada nilai-nilai buruk yang mengancam keberkesanan perlaksanaan amanah dan tanggungj awab.
Lihat Bab I — Pendahuluan: Penerapan Nilai Dan Budaya Kerja Cemerlang Dalam Pentadbiran Awam Malaysia. Koleksi ucapan-ucapan dalam tahun 1992 oleh Ahmad Sarji Bin Abdul Hamid. ms. 12-19. Penjelasan tentang keperluan meningkatkan profesionalisme,
produktiviti dan kualiti, penekanan kepada aspek kepimpinan yang dinamik merangkumi juga
intelektualisme dan dinamisme kepimpinan dalam pengurusan. Penghasilan kepada asas falsafah onggak Dua Belas adalah berasaskan kepada kepercayaan dan keyakinan perlunya satu sistem nilai-nilai utama demi menghasilkan sistem pengurusan awam yang berkesan. Tonggak Dua Belas memperincikan ciri-ciri asas pembentukan peribadi penjawat awam tanpa mengira peringkat, kedudukan dan jenis perkhidmatan. Terdapat tiga tonggak utama yang menjadi teras iaitu ketinggian peribadi, pengaruh teladan dan peningkatan bakat. Kesemua aspek ini adalah bertujuan untuk menghasilkan budaya kerja cemerlang dalam pengurusan awam.
. Nilai dan Etika Dalam Perkhidmatan Awam. Penjelasan tentang rasional kepentingan
nilai dan etika dengan mengaitkannya dengan pegangan iman sesebuah masyarakat. Warisan nilai sesebuah negara dilihat daripada nilai dan etika yang divar-uarkan oleh pemimpin negara. Nilai murni menjadi ukuran utama kemuliaan tingkahlaku dan jaminan keamanan dan kebahgiaan hidup dalam negara.
Aidit Ha• ji Ghazali dalam forum "Negara Maju Berdasarkan Sistem Nilai". Lihat Siti Fatimah Abdul Rahman (penyunting) Ke Arah Negara Maju Berdasarkan Sistem Nilai. Penghayatan kepada persoalan nilai adalah lebih penting kerana pengenalan kepada soal baik
buruk memang cukup difahami oleh masyarakat tetapi kerana tiadanya penghayatan maka perkara-perkara perlanggaran nilai masih lagi berlaku. Tiga strategi membina masyarakat yang berpegang teguh kepada nilai-nilai murni ialah strategi membina (peranan pemupukan akhlak dan kerohanian oleh individu, kerajaan din masyarakat); strategi mencegah (kekuatan dan perlaksanaan undang-undang dan peraturan); dan strategi membetulkan (untuk individu yang

tidak takut kepada undang-undang dan masih melaksanakan kesalahan: bukan setakat melalui hukuman semata-mata tetapi usaha mendakwah serta kaunseling).
Dr. Syed Othman Alhabshi. Islamic Values: Its Universal Nature And Applicability dalam Islamic Values And Management. ms. 11-12. Islam adalah satu agama berasaskan prinsip Tawhid, Khilafah dan Al'-adl. Tiga prinsip asas membentuk world view Islam yang dimanifestasikan dalam semua bentuk amalan manusia dalam semua aspek kehidupan. Oleh itu seorang muslim mesti patuh kepada tata kelakuan Islam dalam semua aktivitinya. Sifat yang dipertontonkan oleh nilai Islam menjadikan ianya tunjang kepada prinsip asas kewujudan manusia dan matlamat utama dalam kehidupan. Sifat nilai Islam inilah membentuk asas justifikasi nilai universal dan pemakaiannya dalam semua ruang lingkup kehidupan manusia. 28 Ibid. ms. 13-17. Bagaimanapun sedikit pindaan dibuat ke atas nilai no. (xiii), (xiv), (xv), (xvi)
dan (xvii) iaitu terjemahan excessive love of the world nilai no. (xiii) dinyatakan dalam perkataan sebaliknya iaitu tidak terlalu mencintai dunia; excessive love of wealth nilai no. (xiv) dinyatakan sebagai sebaliknya iaitu tidak terlalu mencintai kekayaan; miserliness nilai no. (xv) dinyatakan sebaliknya iaitu sebagai dermawan; excessive love of influence nilai no. (xvi) dinyatakan sebaliknya iaitu sebagai tidak terlalu mencintai pengaruh; dan pride nilai no. (xvii) dinyatakan sebaliknya iaitu sebagai merendah diri. Perubahan ini dibuat untuk menunjukkan kesemua nilai yang dinyatakan adalah nilai murni Islam tanpa mengubah maksud sebagaimana dinyatakan oleh Dr. Syed Othman Alhabshi yang memberikan penjelasan bagi setiap nilai tersebut. 29 Lihat Ahmad Atory Hussain. Pentadbiran Awam Asas Pemikiran dan Falsafah. Dalam Bab8: Pengurusan, Pentadbiran dan Kepimpinan Menurut Prinsip Islam, Ahmad Atory telah
menyorot dan membuat penyesuaian tulisan Mohd Affandi Hassan (INTAN) dalam ISLAMIKA III (1985) yang telah membicarakan konsep al-falah dan al-fasad sebagai nilai akhir keperluan manusia. Kesedaran timbul tentang kebanyakan pentadbir dan pengurus merupakan produk daripada corak pengurusan barat yang semata-mata melihat matlamat dalam konteks perkembangan penghasilan kebendaan semata-mata. Ini adalah merupakan konflik kepada manusia beragama. Pengurusan organisasi yang gagal membezakan al-falah dengan al-fasad akan gagal kerana kuasa hawa nafsu pentadbir tidak akan dapat membuat penilaian diantara nilai-nilai baik untuk manfaat dan kesejahteraan rakyat. 30L • ihat Haji Johary Haji Alias, Menunaikan Kewajipan dan Tanggungjawab Nilai-nilai Islam 3. Dalam Bab 11: Kewajipan Dan Tanggungjawab Pemimpin, ms. 194-212, Haji Johary telah membicarakan tentang pengertian pemimpin yang meliputi semua peringkat bermula dari pemerintah, politik, pentadbiran dan hingga sebagai pemimpin keluarga. Keperluan pemimpin untuk memiliki nilai-nilai Islam adalah merupakan satu kewajipan. Haji Johary juga banyak membicarakan tentang kewajipan berilmu dan banyak rujukan dibuat kepada hadith-hadith Rasullah S.A.W. dan kisah-kisah teladan para sahabat. Pendapat Sayidina Umar al-Khattab r.a.
dalam mengkategorikan pemimpin kepada empat golongan juga dijelaskan.  Tonggak Dua Belas. Pendahuluan. ms. xiv-xvi. Dalam ruangan Pendahuluan,
disenaraikan dua belas peringatan bagi membantu mewujudkan nilai-nilai murni oleh Ketua etiausaha Negara pada waktu itu, senarai nilai-nilai utama untuk pentadbiran menurut pandangan YAB Perdana Menteri sebanyak tiga belas nilai, senarai nilai-nilai utama pentadbiran awam dan nilai-nilai Islam sebanyak sebelas nilai dan senarai nilai-nilai utama hasil resolusi

Shah dan Nor Shah Mohamed telah mencadangkan satu model Pengurusan Berasaskan Nilai
(PBN). Model ini yang menyentuh aspek-aspek nilai-nilai teras dan nilai-nilai kembangan boleh
dijadikan asas kepada pelaksanaan PBN. Teras kepada model ini adalah pengaruh program.
Namun mengikut Dr. Haji Malek Shah dan Nor Shah, model ini memerlukan strategi pemantauan
dari segi follow-up dan follow-through bagi memastikan penetapan nilai bermula daripada
peringkat menimbulkan kesedaran (kognitif) kepada pengukuhan penghayatan (afektif) dan
amalan (tingkah laku).
RUJUKAN
Ahmad Atory Hussain, (1990). Pentadbiran awam. asas pemikiran dan falsafah. Kuala Lumpur :
Dewan Bahasa dan Pustaka.
Ahmad Atory Hussain, (1998). Reformasi pentadbiran di Malaysia. Siri Pengurusan Dan
Pentadbiran Utusan. Kuala Lumpur : Utusan Publications & Distributions Sdn. Bhd.
Ahmad Sarji, (1993). The changing civilsService. Malaysia's competitive edge. Kuala Lumpur :
Pelanduk Publications (M) Sdn. Bhd.
Ahmad Sarji Bin Abdul Hamid, (1993). Penerapan nilai dan budaya kerja cemerlang dalam
pentadbiranaAwam Malaysia. Koleksi ucapan-ucapan dalam tahum 1992. Kuala Lumpur
: Institut Tadbiran Awam Negara (INTAN).
Aidit Haji Ghazali, (1993). Pengurusan berteraskan Islam. Islam, budaya kerja dan pembangunan
masyarakat — satu kefahaman. Kuala Lumpur : Institut Kefahaman Islam Malaysia
(IKIM). Kumpulan rencana yang telah disiarkan di akhbar-akhbar tempatan. Nik
Mustapha Haji Nik Hassan (ed.) ms. 167-172.
Azman Che Umar, (2001). Pengurusan di Malaysia dari perspektif Islam. Kuala Lumpur :
Dewan Bahasa dan Pustaka.
Deth, Jan W. Van & Scarbrough, Elinor, (1995). Beliefs in governement volume four. The impact
of values. New York, USA : Oxford University Press.
Dr. Abdul Rahman Hj. Abdullah, (2002). Tradisi falsafahiIlmu. Penghantar sejarah dan falsafah
sains. Batu Caves, Selangor : Pustaka Ilmi.
Dr. Haji Malek Shah Bin Haji Mohd. Yusoff, (2000). Gagasan kualiti menurut perspektif Islam.
Buletin P&Q. Kuala Lumpur : INTAN. Jilid 6 Bil. 1. 2000. ms. 7-12.
Dr. Haji Malek Shah Bin Haji Mohd. Yusoff dan Nor Shah Bin Mohamed, (2002). Gagasan
pembentukan pengurusan berasaskan nilai (Value-Based Management) dalam
perkhidmatan awam. Pengurusan Awam. Penerbitan Jabatan Perkhidmatan Awam
Malaysia. Kuala Lumpur : Jilid 1 Bil. 1. Januari 2002. ms. 1-18.
Jurnal Pengurusan Awam Jilid 2 Bilangan 1 Januari 2003
Zainal bin Yang 67
Dr. Haji Malek Shah Bin Haji Mohd. Yusoff dan Liew Swee Liang, (2002). Model kompetensi
dan perkhidmatan awam Malaysia. Pengurusan Awam. Penerbitan Jabatan
Perkhidmatan Awam Malaysia. Kuala Lumpur : Jilid 1 Bil. 2. Julai 2002. ms. 1-14.
Haji Johari Haji Alias, (1992). Nilai-Nilai Islam 3. Menunaikan kewajipan dan tanggungjawab.
Kuala Lumpur : Dewan Bahasa dan Pustaka.
Institut Tadbiran Awam Negara (INTAN), (1991). Nilai dan etika dalam perkhidmatan awam.
Kuala Lumpur : INTAN.
Institut Tadbiran Awam Negara (INTAN), (1992). Tonggak dua belas (The Twelve Pillars).
Kuala Lumpur : INTAN.
Ismail Haji Ibrahim, (1993). Budaya kerja. Islam, budaya kerja dan pembangunan masyarakat —
satu kefahaman. Kuala Lumpur : Institut Kefahaman Islam Malaysia (IKIM). Kumpulan
rencana yang telah disiarkan di akhbar-akhbar tempatan. Nik Mustapha Haji Nik Hassan
(ed). ms. 151-157.
Ismail Mohamed Taib, (2002). Anjakan Tadbiran Politik Pejabat. Menara. Penerbitan Jabatan
Agama Islam Wilayah Persekutuan (JAWI). Kuala Lumpur : Bil. 70. September 2002.
ms. 6-8.
Kissenger, Henry, (1994). Diplomacy. New York, USA : Simon & Schuster.
Kung, Hans, (1998). A Global ethics for global politics and economics. Oxford, UK : Oxford
University Press.
Murata, Sachiko and Chittick, William C., (2000) (Reprinted). The vision of Islam. London : I.B.
Tauris Publishers.
Siti Fatimah Abdul Rahman (ed), (1993). Ke arah negara maju berdasarkan sistem nilai. Kuala
Lumpur : Institut Kefahaman Islam Malaysia (IKIM). Suntingan Transkrip Forum Institut
Kefahaman Islam Malaysia (IKIM).
Syed Muhammad Naquib Al-Attas, (1993) (Second Impression). Islam and secularism. Kuala
Lumpur : International Institute of Islamic Thought And Civilization (ISTAC).
Syed Nawab Haider Naqvi, (1990). Etika dan ekonomi. Satu sintesis Islam. Kuala Lumpur :
Berita Publishing Sdn. Bhd.
Syed Othman Alhabshi and Aidit Haji Ghazali (ed), (1994). Islamic values and management.
Kuala Lumpur : Institute of Islamic Understanding Malaysia (IKIM).
Unit Pemodenan Tadbiran Malaysia (MAMPU), Jabatan Perdana Menteri, (1989). Ke arah
memajukan perkhidmatan awam yang cemerlang. Laporan kemajuan memajukan
perkhidmatan awam. Kuala Lumpur : Jabatan Percetakan Negara.
Velasquez, Manuel G., (2002). Business ethics. Concept and cases. Fifth Edition. Upper Saddle
River, New Jersey, USA : Prentice Hall.
Jabatan Perkhidmatan Awam Malaysia