Nama : Mira Fitriani
NPM :14212594
Kelas : 3EA25
Tugas : Etika Kerja
A. ETOS / ETIKA KERJA
1. Pengertian Etos/Etika Kerja
Etika kerja
adalah sistem nilai atau norma yang digunakan oleh seluruh karyawan perusahaan,
termasuk pimpinannya dalam pelaksanaan kerja sehari-hari. Perusahaan dengan
etika kerja yang baik akan memiliki dan mengamalkan nilai-nilai, yakni :
kejujuran, keterbukaan, loyalitas kepada perusahaan, konsisten pada keputusan,
dedikasi kepada stakeholder, kerja sama yang baik, disiplin, dan bertanggung
jawab.
Berdasarkan kamus Webster (2007), “etos”
didefinisikan sebagai keyakinan yang
berfungsi sebagai panduan
tingkah laku bagi
seseorang, sekelompok, atau institusi. Jadi, etos kerja dapat
diartikan sebagai doktrin tentang kerja yang diyakini oleh seseorang atau
sekelompok orang sebagai baik dan benar yang mewujud nyata secara khas dalam
perilaku kerja mereka (Sinamo, 2002).
Banyak tokoh lain yang menyatakan
defenisi dari etos kerja. Salah satunya ialah
Harsono dan Santoso
(2006) yang menyatakan
etos kerja sebagai
semangat kerja yang didasari oleh nilai-nilai atau norma-norma tertentu.
Hal ini sesuai dengan pendapat
Sukriyanto (2000) yang
menyatakan bahwa etos
kerja adalah suatu semangat kerja yang dimiliki oleh
masyarakat untuk mampu bekerja lebih baik guna memperoleh nilai
hidup mereka. Etos kerja
menentukan penilaian manusia
yang diwujudkan dalam suatu pekerjaan. Selanjutnya, Hill (1999)
menyatakan etos kerja adalah suatu norma budaya yang mendukung
seseorang untuk melakukan
dan bertanggung jawab
terhadap pekerjaannya
berdasarkan keyakinan bahwa
pekerjaan tersebut memiliki
nilai instrinsik.
Berdasarkan pendapat tokoh
diatas, dapat dilihat
bahwa etos kerja
erat kaitannya dengan nilai-nilai
yang dihayati secara
intrinsik oleh seseorang.
Hal ini diperkuat oleh Hitt
(dalam Boatwright & Slate, 2000) yang menyamakan etos kerja sebagai suatu
nilai dan menyatakan bahwa gambaran etos kerja seseorang merupakan gambaran dari
nilai-nilai yang dimilikinya
yang berfungsi sebagai
panduan dalam tingkah lakunya.
Cherrington (dalam Boatwright
& Slate, 2000)
menyimpulkan etos kerja dengan
lebih sederhana yaitu
etos kerja mengarah
kepada sikap positif
terhadap pekerjaan. Ini berarti bahwa seseorang yang menikmati
pekerjaannya memiliki etos kerja
yang lebih besar
dari pada seseorang
yang tidak menikmati
pekerjaannya. Pandangan yang sama juga dikemukakan oleh Anoraga (2001)
yang menyatakan etos kerja adalah suatu pandangan dan sikap suatu bangsa atau
suatu umat terhadap kerja. Jika
pandangan dan sikap
itu melihat kerja
sebagai suatu hal
yang luhur untuk eksistensi manusia,
maka etos kerja
akan tinggi. Sebaliknya,
jika melihat kerja sebagai
suatu hal yang
tidak berarti untuk
kehidupan manusia, apalagi kalau
sama sekali tidak ada
pandangan dan sikap
terhadap kerja, maka
etos kerja itu
dengan sendirinya akan rendah.
Subekti (dalam Kusnan, 2004)
menambahkan, suatu individu atau kelompok masyarakat dapat
dikatakan memiliki etos
kerja yang tinggi,
apabila menunjukkan tanda-tanda
sebagai berikut:
a. Mempunyai penilaian yang sangat
positif terhadap hasil kerja manusia.
b. Menempatkan pandangan tentang kerja,
sebagai suatu hal yang amat luhur bagi
eksistensi manusia.
c. Kerja yang dirasakan sebagai
aktivitas yang bermakna bagi kehidupan manusia.
d. Kerja dihayati sebagai suatu proses
yang membutuhkan ketekunan dan sekaligus
sarana yang penting dalam mewujudkan
cita-cita.
e. Kerja dilakukan sebagai bentuk
ibadah.
Selanjutnya Petty
(1993) menyatakan etos
kerja sebagai karakteristik
yang harus dimiliki pekerja
untuk dapat menghasilkan
pekerjaan yang maksimal yang terdiri dari keahlian interpersonal,
inisiatif, dan dapat diandalkan. Defenisi etos kerja yang digunakan dalam
penelitian ini adalah defenisi etos kerja
yang dikemukakan oleh
Petty (1993), yang
menyatakan etos kerja
sebagai karakteristik yang harus dimiliki pekerja untuk dapat
menghasilkan pekerjaan yang maksimal yang terdiri dari keahlian interpersonal,
inisiatif, dan dapat diandalkan.
2. Aspek-aspek Etos Kerja
Etika kerja terkait dengan apa yang seharusnya
dilakukan karyawan atau manajer. Untuk itu etika kerja setiap karyawan didasari
prinsip-prinsip:
·
Melaksanakan tugas sesuai dengan visi, misi dan tujuan
perusahaan,
·
Selalu berorientasi pada budaya peningkatan mutu
kinerja,
·
Saling menghormati sesama karyawan,
·
Membangun kerjasama dalam melaksanakan tugas-tugas
perusahaan,
·
Memegang amanah atau tanggung jawab, dan kejujuran,
·
Mananamkan kedisiplinan bagi diri sendiri dan
perusahaan.
Menurut Petty (1993), etos kerja
memiliki tiga aspek atau karakteristik, yaitu keahlian interpersonal, inisiatif, dan dapat diandalkan.
a. Keahlian interpersonal
Keahlian interpersonal adalah aspek yang
berkaitan dengan hubungan kerja dengan
orang lain atau
bagaimana pekerja berhubungan
dengan pekerja lain
di lingkungan kerjanya. Keahlian
interpersonal meliputi kebiasaan,
sikap, cara, penampilan dan
perilaku yang digunakan individu pada saat berada di sekitar orang lain serta
mempengaruhi bagaimana individu berinteraksi dengan orang lain. Indikator yang
digunakan untuk mengetahui
keahlian interpersonal seorang pekerja adalah meliputi karakteristik
pribadi yang dapat memfasilitasi terbentuknya hubungan interpersonal
yang baik dan
dapat memberikan kontribusi
dalam performansi kerja seseorang,
dimana kerjasama merupakan
suatu hal yang
sangat penting. Terdapat 17 sifat yang dapat menggambarkan keahlian
interpersonal seorang pekerja (Petty, 1993), yaitu: sopan, bersahabat, gembira,
perhatian, menyenangkan, kerjasama,
menolong, disenangi, tekun,
loyal, rapi, sabar,
apresiatif, kerja keras, rendah hati, emosi yang stabil,
dan keras kemauan.
b. Inisiatif
Inisiatif merupakan
karakteristik yang dapat
memfasilitasi seseorang agar terdorong untuk
lebih meningkatkan kinerjanya
dan tidak langsung
merasa puas engan kinerja yang
biasa. Aspek ini sering dihubungkan dengan situasi di tempat kerja yang tidak
lancar. Hal-hal seperti penundaan pekerjaan, hasil kerja yang buruk, kehilangan kesempatan
karena tidak dimanfaatkan
dengan baik dan
kehilangan pekerjaan, dapat muncul jika individu tidak memiliki
inisiatif dalam bekerja (Petty,1993).
Terdapat 16 sifat yang dapat
menggambarkan inisiatif seorang pekerja (Petty, 1993) yaitu:
cerdik, produktif, banyak
ide, berinisiatif, ambisius,
efisien, efektif, antusias,
dedikasi, daya tahan kerja, akurat, teliti, mandiri, mampu beradaptasi, gigih, dan
teratur.
c. Dapat diandalkan
Dapat
diandalkan adalah aspek
yang berhubungan dengan
adanya harapan terhadap hasil
kerja seorang pekerja dan merupakan suatu perjanjian implisit pekerja untuk melakukan
beberapa fungsi dalam kerja.
Seorang pekerja diharapkan
dapat memuaskan harapan minimum perusahaan, tanpa perlu terlalu
berlebihan sehingga melakukan pekerjaan yang bukan tugasnya. Aspek ini
merupakan salah satu hal yang sangat diinginkan oleh pihak perusahaan terhadap
pekerjanya.Terdapat 7 sifat
yang dapat menggambarkan
seorang pekerja yang
dapat diandalkan (Petty, 1993),
yaitu: mengikuti petunjuk,
mematuhi peraturan, dapat diandalkan, dapat dipercaya,
berhati-hati, jujur, dan tepat waktu.
Berdasarkan pemaparan
diatas, dapat disimpulkan terdapat
tiga aspek etos kerja yaitu keahlian interpersonal,
inisiatif, dan dapat diandalkan.
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Etos Kerja
Terdapat beberapa faktor internal yang mempengaruhi etos kerja, yaitu:
a. Usia
Menurut hasil penelitian Buchholz’s dan
Gooding’s, pekerja yang berusia di bawah 30 tahun memiliki etos kerja lebih
tinggi daripada pekerja yang berusia diatas 30 tahun (dalam Boatwright &
Slate, 2000).
b. Jenis kelamin
Menurut penelitian yang dilakukan oleh
Boatwright dan Slate (2000), wanita memiliki etos kerja yang lebih tinggi dari
pada pria.
c. Latar belakang pendidikan
Hasil
penelitian Boatwright dan
Slate (2000) menyatakan
bahwa etos kerja tertinggi dimiliki
oleh pekerja dengan
latar belakang pendidikan
S1 dan terendah dimiliki oleh pekerja dengan latar
belakang pendidikan SMU.
d. Lama bekerja
Menurut
penelitian Boatwright dan
Slate (2000) mengungkapkan
bahwa pekerja yang sudah bekerja selama 1-2 tahun memiliki etos kerja
yang lebih tinggi daripada yang bekerja
dibawah 1 tahun.
Semakin lama individu
bekerja, semakin tinggilah kemungkinan
individu untuk memperoleh
kesempatan untukmengembangkan dan
menggunakan kapasitasnya dan
memperoleh peluang untuk pertumbuhan dan mendapatkan jaminan.
Kedua hal diatas akan membentuk persepsi seseorang terhadap kualitas kehidupan
bekerjanya (Walton, dalam Kossen 1986).
Selain
faktor-faktor internal di
atas, terdapat pula
faktor eksternal yang
mempengaruhi etos kerja karyawan yaitu :
a. Budaya
Masyarakat yang
memiliki system budaya
maju akan memiliki etos
kerja yang lebih tinggi daripada masyarakat yang memiliki system budaya
yang tidak maju (Rosmiani, 1996).
b. Sosial Politik
Etos
kerja yang dimiliki
suatu masyarakat sangat
tergantung kepada ada tidaknya sturktur politik yang mendorong
masyarakat untuk bekerja keras dan dapat menikmati hasil kerja keras mereka
dengan penuh (Soewarso, Subagyo dan Utomo, dalam Rosmiani 1996).
c. Kondisi Lingkungan Geografis
Lingkungan alam
yang mendukung, mempengaruhi
manusia yang ada di
dalamnya melakukan usaha
untuk dapat mengelola
dan mengambil manfaat,
dan bahkan dapat mengundang
pendatang untuk turut
mencari penghidupan di lingkungan
tersebut (Suryawati, Dharmika,
Namiarthi, Putri dan
Weda, dalam Rosmiani, 1996).
Kondisi lingkungan inilah
yang akan mempengaruhi
bagaimana persepsi seseorang terhadap kualitas kehidupan bekerjanya. (Walton,
dalam Kossen1986).
d. Struktur Ekonomi
Tinggi rendahnya etos kerja yang
dimiliki masyarakat, dipengaruhi oleh ada atau
tidaknya stuktur ekonomi
yang mampu memberikan
insentif bagi anggota masyarakat untuk
bekerja keras dan
menikmati hasil kerja
keras mereka dengan penuh
Sumber:
https://ronawajah.wordpress.com/2009/08/03/membangun-etika-kerja-2/